Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Angin Segar Pendekatan Waldorf Bagi Sekolah Alternatif

Kotahujan News & Story by Kotahujan News & Story
13 April 2019
in Kota Hujan
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Suasana kegiatan di Arunika Waldorf di Bandung. Sumber : Arunika Waldorf
  • Artikel Iden Wildensyah
  • Beberapa bulan yang lalu sempat viral tentang kisah para petinggi Google, Apple, Yahoo, HP, hingga eBay yang mengirim anak-anaknya ke sekolah yang sama sekali tak punya komputer.

    Dari situ kita akan memulai bahasan singkat tentang Sekolah Waldorf di Indonesia yang kini mulai dilirik sejumlah pengelola sekolah alternatif.

    Ketika sekolah-sekolah lain memasukkan komputer dalam kurikulum dan berlomba membangun sekolah digital, Waldorf School of the Peninsula justru melakukan sebaliknya. Sekolah ini dengan sengaja menjauhkan anak-anak dari perangkat komputer.

    Sekolah Waldorf justru fokus pada aktivitas fisik, kreativitas, dan kemampuan keterampilan tangan para murid. Anak-anak tak diajarkan mengenal perangkat tablet atau laptop.

    Mereka biasa mencatat dengan kertas dan pulpen, menggunakan jarum rajut dan lem perekat ketika membuat prakarya, hingga bermain-main dengan tanah setelah selesai pelajaran olahraga.

    Guru-guru di Waldorf percaya bahwa komputer justru akan menghambat kemampuan bergerak, berpikir kreatif, berinteraksi dengan manusia, hingga kepekaan dan kemampuan anak memperhatikan pelajaran.

    Para petinggi di dunia IT ini membela keputusan Sekolah Waldorf untuk tak memperkenalkan komputer ke anak-anak mereka.

    Banyak yang menganggap bahwa kebijakan yang dibuat Waldorf itu keliru. Meski metode pembelajaran yang mereka gunakan sudah berusia lebih dari satu abad, perdebatan soal penggunaan komputer dalam proses belajar-mengajar masih terus berlanjut.

    Menurut para pendidik dan orang tua murid di Sekolah Waldorf, sekolah dasar yang baik justru harus menghindarkan murid-muridnya dari komputer.

    Sekolah Waldorf tampil dengan gaya ruangan kelas yang klasik. Tak banyak perangkat elektronik, layar-layar komputer, atau kabel-kabel yang menghiasi ruangan.

    Berhias dinding-dinding kayu, kamu hanya akan menemukan papan tulis penuh coretan kapur warna-warni.

    Ada rak-rak penuh berbagai jenis ensiklopedia hingga meja-meja kayu dengan tumpukan buku-buku catatan dan pensil.

    Andie yang duduk di kelas 5 mendapat pelajaran membuat kaos kaki. Keterampilan merajut dipercaya membantu anak-anak belajar memahami pola dan hitungan.

    Menggunakan jarum dan benang bisa mengasah kemampuan memecahkan masalah dan belajar koordinasi. Saat pelajaran bahasa di kelas 2, anak-anak akan diajak berdiri melingkar.

    Mereka diminta mengulang kalimat yang diucapkan guru secara bergiliran. Gilirannya ditentukan dengan melempar penghapus atau bola.

    Ternyata, metode belajar ini bisa jadi salah satu cara untuk mensinkronkan tubuh dan otak.

    Guru kelas Andie, Cathy Waheed, mengajarkan anak-anak mengenal pecahan dengan metode yang sangat sederhana. Yup, Waheed menggunakan buah apel, kue pai, atau roti yang dipotong-potong lalu dibagikan pada murid-muridnya.

    Pendekatan Waldorf

    Waldorf berasal dari Jerman dan telah menyebar ke seluruh dunia. Banyak yang tertarik dengan pendekatan ini karena mereka melihatnya sebagai sebuah alternatif untuk pendidikan tradisional dan sebagai inspirasi untuk memperbaiki pendidikan.

    Model pembelajaran di Waldorf bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat, tidak tergesa-gesa sesuai perkembangan bagi anak-anak.

    Pendidikan anak usia dini Waldorf telah diterapkan pada berbagai tempat pelayanan termasuk rumah dan tempat penitipan anak.

    Program dukungan orang tua, dan program-program taman kanak-kanak dan berbagai usia bagi anak-anak 3-7 tahun.

    Pendekatan ini dibuat oleh Rudolf Steiner (1861-1925). Sekolah Waldorf di sebagian tempat dikenal sebagai Sekolah Steiner, yang diambil dari nama Rudolf Steiner.

    Kemudian nama sekolah Waldorf diambil dari nama sekolah pertama yang didirikan dan dikembangkan Rudolf Steiner.

    Sekolah itu dibangun di Kota Stutgart Jerman tahun 1919 sekolah tersebut dibangun untuk mendidik anak-anak pekerja pabrik.

    Sekolah Waldorf bertambah hingga tahun 2011. Sudah ada 1.003 sekolah Waldorf di 60 negara, serta lebih dari 2000 pendidikan anak usia dini.

    Sekolah-sekolah tersebut menerapkan model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolf Steiner.

    Model pembelajaran Waldorf bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat, tidak tergesa-gesa, sesuai dengan perkembangan bagi anak–anak.

    Pendidikan anak usia dini di Waldorf telah diterapkan pada berbagai tempat pelayanan termasuk rumah dan pengasuhan anak pusat, kelompok orang tua dan anak, program dukungan orang tua, dan program-program taman kanak-kanak dan berbagai usia bagi anak-anak berusia 3 hingga 7 tahun.

    Sekolah Waldorf di Indonesia

    Berawal dari tahun 2013 di Bandung, sekelompok pegiat pendidikan alternatif membentuk sebuah komunitas belajar yang melakukan kajian-kajian serta praktik pembelajaran Pendidikan Waldorf.

    Komunitas ini menerapkan pendekatan pendidikan Waldorf pada sekolah-sekolah alternatif di Kota Bandung.

    Selama berproses, komunitas ini rutin melakukan kegiatan pelatihan dan kuliah umum seputar pendidikan Waldorf.

    Kegiatan ini dilakukan dengan menghadirkan guru-guru Sekolah Waldorf dari berbagai negara seperti Jerman, Amerika, Swiss, dan lain-lain dengan peserta para guru, orang tua, dan pegiat pendidikan alternatif yang tertarik dengan pendekatan belajar di sekolah waldorf.

    Dari semangat itu kemudian Sekolah Waldorf secara perlahan muncul lebih luas dengan mengadakan Grade School Teacher Training angkatan pertama di Kota Bandung.

    Peserta yang datang dari berbagai latar belakang dan daerah ini semakin menguatkan benih-benih kehadiran Sekolah Waldorf.

    Secara perlahan Sekolah Waldorf dengan nama Arunika Waldorf lahir tahun 2019 tepat ketika Pendidikan Waldorf berusia 100 tahun di dunia.

    Jauh sebelum Arunika Waldorf, di Bandung juga ada Jagad Alit Waldorf yang fokus pada early childhood.

    Jagad Alit Waldorf sudah melakukan kegiatan dengan baik sejak tiga tahun ini. Setelah Arunika Waldorf di Bandung, kemudian di Bali lahir pula Madu Playhouse yang merupakan cikal bakal Sekolah Waldorf di Bali.

    Inisiatif Sekolah Waldorf juga mulai bermunculan di beberapa daerah seperti di Jakarta, Waldorf Jakarta hadir dengan kegiatan seperti mengadakan kelompok belajar dan workshop.

    Lalu di Bogor, Sekolah Cipta Cendikia adalah salah satu sekolah yang mulai menerapkan pendekatan Waldorf dalam kegiatan di kelasnya.

    Di Manado hadir Leos Waldorf sebagai Kelompok Belajar Waldorf untuk melakukan kajian-kajian seputar pendidikan waldorf.

    Di Yogyakarta hadir di jenjang early childhood yakni Kulila Waldorf. Di Balikpapan, kelompok studi waldorf hadir dan pernah mengadakan kegiatan parenting dan workshop untuk orang tua dan guru di sana.

    Kehadiran Sekolah Arunika Waldorf dan Sekolah Waldorf lainnya merupakan angin segar bagi pendidikan alternatif di Indonesia.

    Semoga saja kehadirannya memberikan banyak kebaikan untuk pertumbuhan manusia merdeka yang mengerti dengan arti hadirnya di dunia ini serta mampu memberikan kontribusi untuk kehidupan yang lebih baik terutama untuk negara Indonesia.

    [Penulis suka jalan-jalan, suka menulis, membaca buku, main kayu bareng di @kayukrea, menulis diblog www.iden.web.id dan senang bergiat di Pendidikan Alternatif.]

    Artikel “Angin Segar Pendekatan Waldorf Bagi Sekolah Alternatif” merupakan konten kolaborasi dengan Good News From Indonesia. Konten serupa bisa dilihat di sini

    Kotahujan News & Story

    Kotahujan News & Story

    Related Posts

    63 Persen Kekerasan Berbasis Gender Terjadi di Tengah Pandemi

    by Kotahujan News & Story
    10 Februari 2021
    0

    Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay Penulis : Dony P. Herwanto Konsultan Isu Gender, Tunggal Pawestri mengatakan,...

    Ini Cara Kita Memuliakan Penyintas Bencana

    by Kotahujan News & Story
    23 Januari 2021
    0

    Sejumlah perempuan tengah memilah pakaian untuk penyintas bencana. Sumber Foto : Facebook Bayu Gawtama | Sekolah Relawan Penulis :...

    Saling Bantu untuk Gempa Majene

    by Kotahujan News & Story
    16 Januari 2021
    0

    Suasana di salah satu tenda pengungsiang di Majene. Foto : Bayu Gawtama / Sekolah Relawan Penulis : Dony P....

    Next Post
    Gugun GBS saat tampil dalam konser “Yang Muda Melawan Lupa, Jakarta, 6 April 2019. Foto : Decky Kurniawan

    “Yang Muda Melawan Lupa” dalam Bentuk Konser

    Naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikoleksi wartawan B.M Diah. Sumber foto: Wikipedia

    Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

    Remiyati Petani Kampung Lembur Hayang, Telukjambe, Karawang Jawa Barat, kembali menggarap lahannya setelah beberapa tahun mengalami konflik. Melalui Surat Keputusan Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) petani setempat diberikan lahan garapan seluas 1.556 hekter oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

    Episode Perjuangan Petani Teluk Jambe

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

      Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • “Kami tak Ingin Lingkungan Ini Rusak,” kata Yanto

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Cara Orang Jawa Menikmati Hidup

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Kami Mengukur Curah Hujan untuk Menanam

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In