
Penulis : Linda Christanty
Ketika konflik Yayasan Pantau atau Pantau Jakarta dengan Sindikasi Pantau atau Pantau Aceh (cikal bakal Aceh Feature) hampir mencapai puncaknya pada 2008, Daniel Dhakidae diminta menjadi salah seorang anggota dewan yayasan tersebut dan ia harus menghadiri rapat dewan untuk memutuskan nasib Sindikasi Pantau di Aceh.
Ia belum memiliki gambaran lengkap tentang konflik itu dan tidak ingin terlibat membuat keputusan yang salah. Sebuah keputusan yang salah akan memengaruhi kehidupan seseorang, bahkan menentukan nasib banyak orang.
Konflik itu merupakan akumulasi dari sejumlah hal. Pertama, urusan pribadi pengurus yayasan turut menjadi urusan yayasan. Kedua, orang-orang yang tidak memiliki wewenang untuk terlibat dalam membuat keputusan-keputusan yayasan turut terlibat di dalamnya. Ketiga, sirkulasi dari kebohongan, yang sekarang kita kenal sebagai hoaks.
Waktu itu saya menjadi pemimpin redaksi Sindikasi Pantau yang berpusat di Aceh, yang mempublikasikan laporan-laporan jurnalisme tentang Aceh pascakonflik dan pascatsunami.
Yayasan Pantau menyatakan sindikasi ini telah gagal dan akan dibekukan. Tentu saja, saya dan teman-teman di Aceh menolak kantor kami dibekukan dan menolak alasan pembekuannya.
Para kontributor Aceh yang terdiri dari mahasiswa, aktivis hak-hak asasi manusia dan lingkungan hidup, dan jurnalis ingin sindikasi ini tetap hidup.
Menjelang rapat dewan yayasan diadakan, Bang Daniel meminta saya mengirim laporan perkembangan Sindikasi Pantau di Aceh untuk dipelajarinya. Laporan ini juga saya kirim kepada anggota dewan lainnya.
Karena sindikasi di Aceh hanya memiliki struktur keredaksian dan seluruh dana Aceh dikelola oleh Yayasan Pantau di Jakarta, maka laporan keuangan disiapkan oleh Rina Erayanti di Jakarta.
Ketika itu Eva Danayanti yang biasa mengurus keuangan Yayasan Pantau telah dipecat dengan tuduhan korupsi. Tuduhan ini sama sekali tidak terbukti. Kini Eva bekerja di Aliansi Jurnalis Independen atau AJI.
Dalam rapat dewan yayasan di Jakarta yang saya juga hadir, Bang Daniel menyatakan Sindikasi Pantau di Aceh tidak gagal. Ia juga membanting laporan keuangan ke lantai dan berkata, “Eva tidak korupsi!” Ia ingin Eva dipekerjakan kembali dan cara kerja yayasanlah yang perlu diperbaiki.
Di ruang rapat itu, Rina Erayanti turut membela Eva dengan membacakan catatan-catatan detail tentang uang yang digunakan ketua yayasan untuk urusan pribadi hingga ketua yayasan berkata dengan kesal, “Akan saya ganti. Semua akan saya ganti.”
Pada Juni 2008, saya memperoleh kabar dari ketua yayasan bahwa Sindikasi Pantau di Aceh telah dibekukan. Alasan gagal tidak disebut lagi, tetapi sebagai gantinya adalah uang Aceh di Yayasan Pantau tinggal Rp 10 juta.
Ia meminta saya menginventarisir barang-barang di kantor Aceh untuk dijual. Katanya, uang itu nanti akan digunakan untuk membayar pesangon saya dan staf Aceh. Tentu saja, saya tidak melaksanakan permintaan ini.
Menurut Eva, sebelum dipecat, Sindikasi Pantau di Aceh dibekukan agar uangnya yang telah digunakan untuk hal-hal lain tidak dapat diusut dan dipertanyakan lagi.
Bang Daniel kemudian menelepon dari Jakarta, menanyakan perkembangan di Aceh. Ia kecewa sindikasi tidak dilanjutkan. Ia juga tidak mengerti apa sebabnya keputusan rapat yayasan yang sudah kuorum tidak dilaksanakan, dengan memanggil Eva untuk bekerja kembali.
Ia kemudian meminta saya mengingat baik-baik tentang apa yang harus dilakukan. “Pertama kali yang harus dilakukan adalah menulis surat kepada semua donor dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.”
Setelah saya mencatat semua petunjuknya, Bang Daniel berkata, “Linda, saya ini sudah GAM.”
“Maksudnya bagaimana, Bang?” “Saya ini sudah seperti GAM,” katanya, seraya tertawa. GAM adalah Gerakan Aceh Merdeka. Dengan mendukung kami di Aceh, ia telah melawan tindakan Jakarta. GAM dulu memberontak terhadap Jakarta.
Dari Bang Daniel, saya belajar bahwa seorang intelektual harus adil sejak dalam pikiran, rendah hati, dan tidak perlu takut sendirian jika berpihak pada kebenaran.
Selamat jalan, Bang Daniel. Terima kasih banyak telah memberi teladan untuk hal-hal baik semasa hidup. Selamat beristirahat dalam damai di sisiNya.
Discussion about this post