Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Bersuaralah Senyaringnya, Sekeras-kerasnya

SeluangID by SeluangID
9 Agustus 2019
in Our Story
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Sumber foto: http://perempuan.aman.or.id/
  • Artikel Dony P. Herwanto
  • Keterlibatan masyarakat adat dalam pelbagai persoalan bangsa, terutama perubahan iklim menjadi solusi.

    Meski begitu, nasib baik belum berpihak. Masyarakat adat di wilayah Nusantara nyatanya masih terpinggirkan secara politik dan ekonomi.

    Kondisi masyarakat adat di atas akan menjadi salah satu soroton pada Perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS), hari ini, 9 Agustus 2019. Sekaligus merayakan 20 tahun keberadaan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).

    Baca juga : Masyarakat Adat dan Ruang Hidupnya

    Sekjen AMAN, Rukka Sombolinggi mengatakan, selama 20 tahun perjuangan AMAN telah terjadi banyak perubahan.

    “Ada kemenangan-kemenangan kecil dan besar yang patut dicatat, ada pencapaian, dan penghargaan dari berbagai pihak baik di nasional, daerah, regional serta internasional,” ucap Rukka.

    “Namun masih banyak tantangan yang harus kita hadapi sama-sama, salah satunya agar masyarakat adat di Nusantara tidak terpinggirkan secara politik dan ekonomi,” lanjutnya.

    Menurut Rukka, sampai saat ini pemerintah belum menunjukkan komitmen yang serius untuk segera menghadirkan Undang-undang yang mengakui dan melindungi hak-hak Masyarakat Adat secara komprehensif.

    Tumpang tindih Undang-undang sektoral menyebabkan perlindungan hak-hak Masyarakat Adat belum maksimal dan perampasan wilayah-wilayah adat yang berujung pada konflik masih terus terjadi.

    Perkembangan pembangunan yang masih berorientasi pada peningkatan ekonomi makro mempengaruhi juga eksistensi, identitas dan ketahanan dari tatanan kehidupan komunitas-komunitas adat.

    Baca juga : Sektoralisme, Abaikan Hak-hak Masyarakat Adat

    Pengembalian wilayah adat pun masih terbatas hanya hutan adat saja, belum menyentuh pengembalian wilayah adat secara utuh.

    “Saat ini kehidupan komunitas-komunitas adat sangat berperan penting untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, melalui kelestarian hutan adat dan wilayah adat,” paparnya.

    “Jadi dalam situasi sekarang ketika terjadi krisis iklim global, maka jawabannya itu ada di komunitas masyarakat adat,” sambung Rukka.

    Karena itu, lanjutnya, momentum 20 tahun AMAN yang bertepatan dengan perayaan HIMAS 2019 sangat penting untuk membangun kesadaran sosial secara lebih luas tentang hak-hak Masyarakat Adat.

    Ini, imbuhnya, sekaligus mendorong pemerintah mengambil langkah yang diperlukan dalam merespon situasi Masyarakat Adat di Indonesia yang sudah lama terpinggirkan secara politik dan ekonomi, serta terabaikan dari proses-proses keadilan.

    Baca juga : Merawat Hutan Adat, Menjaga Martabat

    Mina Susana Setra, Ketua Pelaksana Kegiatan mengatakan, perayaan 20 Tahun AMAN dan HIMAS 2019 akan dilangsungkan pada tanggal 9-11 Agustus di Taman Ismail Marzuki.

    Acara ini mengambil tema: “Meneguhkan Tekad, Memperkuat Akar, Mengedepankan Solusi”.

    Menurut Mina, tujuan dari perayaan 20 Tahun AMAN dan HIMAS 2019 ini adalah melakukan dialog dengan pemerintah tentang pelbagai perkembangan kebijakan terhadap Masyarakat Adat, mensosialisasikan Gerakan Masyarakat Adat Nusantara dan Masyarakat Adat se-Dunia kepada publik.

    Selain itu, lanjutnya, membangun empati dan partisipasi publik untuk terlibat mempromosikan keragaman budaya Masyarakat Adat Nusantara, mendorong kesadaran akan perbedaan budaya dalam semangat Bhineka Tunggal Ika.

    “Kami mengajak publik untuk menyaksikan dan belajar serta terlibat secara langsung dalam berbagai event dalam Festival Masyarakat Adat Nusantara,” ujarnya.

    Penyelenggaraan 20 tahun AMAN dan HIMAS 2019 ini terbuka untuk umum. Selain dialog umum dengan pemerintah, juga digelar pelbagai macam event di dalam perayaan ini.

    Diantaranya, pameran produk komunitas adat, pameran foto Masyarakat Adat, pekan film Masyarakat Adat Nusantara, Bengkel seni, permainan tradisional, pagelaran seni budaya, serta kuliner Masyarakat Adat Nusantara.

    Baca juga : Potret Masalah Masyarakat Adat

    Untuk diketahui, Perayaan 20 tahun AMAN dan HIMAS 2019 ini akan melibatkan dan dihadiri sekitar 1.500 orang yang berasal dari perwakian Masyarakat Adat dari pelagai wilayah nusantara, perwakilan Masayarakat Adat dunia dari berbagai negara, pemerintah pusat dan daerah, para penggiat seni, organisasi-organisasi pendukung dan mitra, sekolah-sekolah adat dan lain-lain.

    [Tulisan diolah dari Rilis Pengurus Besar AMAN]

    Dony P. Herwanto, documentary maker, peminum kopi yang setia dan pembaca buku. Menulis untuk menjaga kewarasan dan ingatan.

    SeluangID

    SeluangID

    Related Posts

    Catatan dari Lokasi Banjir di Pamanukan

    by SeluangID
    11 Februari 2021
    0

    Banjir di Pamanukan. Foto: Bayu Gawtama / Sekolah Relawan Penulis : Bayu Gawtama Ini memang harus dituliskan agar masyarakat...

    Chanee Kalaweit dan Kisah Pelestarian Satwa Liar

    by SeluangID
    22 Januari 2021
    0

    Chanee Kalaweit mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian Owa. Sumber Foto : greeners.co Penulis : Linda Christanty Andaikata saya kembali ke...

    Kado 2021 Jokowi untuk Masyarakat Adat

    by SeluangID
    9 Januari 2021
    0

    Acara penyerahan SK Pengelolaan Hutan Adat, Perhutanan Sosial dan TORA di Istana Negara, Kamis, 7 Januari 2021. Foto: BPMI...

    Next Post
    Superego, EP perdana mereka dirilis ulang di Brighton, UK. Foto : dok. Superego

    Superego, Jatinangor – Brighton dalam Kepingan Album Fisik

    Sukarno, Hatta dan dr. Radjiman. Sumber foto: www.narakata.com

    Semua Kerja yang Telah Dimulai Harus Dituntaskan!

    Kahid memanen garam menggunakan kereta sorong untuk dipindahkan garam ke tempat penimbunan garam di Sedayulawas, Brondong, Lamongan, Jawa Timur, Senin (26/07/2019). Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

    Kami tak Boleh Pasrah, Apalagi Menyerah

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

      Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • “Kami tak Ingin Lingkungan Ini Rusak,” kata Yanto

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Banjir di Jantung Kalimantan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Menanam Kebaikan, Tumbuh Kebaikan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In