Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Celotehan Skastra Tentang Sosial Media Melalui Linimasa

SeluangID by SeluangID
9 Juni 2019
in Art
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Skastra, pengusung ska dari Depok baru merilis single “Linimasa”. Foto : dok.Skastra
  • Artikel Rizza Hujan
  • Mungkin tidak pernah terbersit dalam benak Coxsone Dodd untuk menorehkan namanya dalam sejarah musik dunia ketika memutuskan untuk memproduseri Theophilus Beckford, seorang pianis dari Jamaika guna memproduksi sebuah lagu berjudul “Easy Snapping”.

    Melalui peranan Dodd yang juga pemilik sebuah studio musik, lagu tersebut akhirnya disebut sebagai awal dari kelahiran sebuah genre musik baru bernama Ska.

    “Easy Snapping” pun tercatat sebagai lagu ska pertama yang dirilis pada tahun 1956 yang kemudian menjadi hits di Jamaika di tahun 1959.

    Ska yang identik dengan Rhytm Afterbeat terus berevolusi, dimulai tahun 1960an yang berhasil memunculkan beberapa nama seperti Don Drummond dan Dessmond Dekker yang memainkan 1st Wave ska.

    Pada tahun yang sama, lahir band ska legendaris bernama The Skatalites. Selepas itu, di setiap era, ska melahirkan gelombang musik baru dan masih bertahan hingga detik ini.

    Nama-nama seperti The Special, Reel Big Fish, Less Than Jack, hingga Rancid berhasil menjadi legenda akibat memainkan musik ska.

    Baca juga : Tentang 90HP, Kabar Dari Hujan, dan Cara Menikmati Renjana

    Jauh dari Jamaika, tepatnya di Depok, sekelompok musisi yang tergabung dalam unit Skastra baru merilis single terbaru berjudul “Linimasa”.

    Dari nama bandnya saja sudah bisa ditebak jenis musik yang mereka mainkan. Dalam karya barunya, band yang memainkan ska sejak 2015 ini mengajak beberapa musisi yang satu akar dengan mereka seperti Daniel Sukoco, pemain baritone saxophone Sentimental Moods.

    Selain itu ada juga musisi lepas lain yang diajak berkolaborasi yaitu Muhammad Gilang Ramadhan Magfur (Alto Saxophone) dan Muhammad Fajri (Conga).

    Saya sendiri merasa dekat dengan musik ska dengan alasan musiknya bisa menularkan keceriaan kemudian mengajak berdansa.

    Selain itu saya dekat dengan beberapa band ska asal Bogor seperti Skin Care, Error, dan Balon Gas yang melambung di akhir era sembilan puluhan.

    Kemudian Anggit, Content Director HujanMusik! dikenal sebagai salah satu personil Cocktails, unit ska yang penggemarnya tersebar sampai pelosok Bogor.

    Meski serbuan genre musik terus bermunculan tapi ska tetap berada dalam daftar pustaka musik saya.

    Baca juga : Pesan Peringatan Post Grunge Distorsi Akustik

    Maka, begitu mendengarkan “Linimasa”, cerebrum otak saya langsung bereaksi dengan menyimpan harmoni yang disuguhkan.

    Dan menurut saya yang awam, musik mereka akan bertahan dalam jangka waktu yang lama.

    Bukan hanya karena beat yang cenderung kalem tapi tetap memberikan stimulus untuk bergoyang, vokal Alduri Asfirna begitu lembut dan menghanyutkan.

    Dibungkus dengan brass section yang dominan, komposisi musik Skastra sungguh layak didengarkan berulang-ulang.

    “Di lagu Linimasa kami mencoba memasukkan beberapa instrumen yang belum pernah ada di lagu-lagu sebelumnya. Ya, untuk bikin suasana baru aja, penyegaran sebelum masuk ke album baru kami nanti,” jelas Taufiq Alkatiri, pemain terompet Skastra.

    Selain menyajikan eksplorasi di ranah instrumen, “Linimasa” juga mengangkat tema lirik yang cukup jarang terdengar di kancah musik ska dan juga musik indie lokal, yaitu tentang sosial media.

    “Biasanya lagu Skastra Cuma seputar cinta-cintaan aja. Tapi di lagu Linimasa kami mencoba explore tema beda, ya soal medsos itu,” ujar Adi Ahdiat, gitaris Skastra dan penulis lirik untuk single baru ini.

    Tema sosial media dipilih karena produk tersebut sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian banyak orang.

    “Sekarang ini rasanya kita semua sudah kecanduan sosial media ya. Dan lagu Linimasa adalah curhatan pribadi soal fenomena itu,” tambah Adi.

    Baca juga : Merayakan Rilisan di Pasar Rekam

    Kabarnya, single “Linimasa” sudah bisa didengarkan di layanan musik digital seperti Spotify, Joox, dan lainnya.

    Sebelumnya, Skastra sudah pernah merilis mini album berjudul “Renjana” (2016), album penuh bertajuk” Minor 7” (2017), serta single “Rendez-vous” (2018).

    Di 2019 ini Skastra juga tengah menggarap album baru yang ditargetkan rampung sebelum akhir tahun. Kita tunggu saja provokasi mereka untuk mengajak kita berdansa.

    Ska dan Skastra adalah fenomena, yang mudah-mudahan akan menjadi legenda seperti Coxsone Dodd di Jamaika.

    [penulis adalah pengajar Sekolah Menengah Kejuruan di Bogor]

    Artikel “Celotehan Skastra Tentang Sosial Media Melalui Linimasa” merupakan konten kolaborasi dengan HujanMusik!. Konten serupa bisa dilihat di sini

    SeluangID

    SeluangID

    Related Posts

    Membincang Hegemoni dalam Reformasi Dikorupsi Bersama Peramu

    by Kotahujan News & Story
    2 Januari 2021
    0

    Peramu, mengusung heavy rock dengan lirik dukungan gerakan sosial. Artwork by Graditio Penulis : Anggit Saranta Laju melaju menembus...

    Getar Piano itu Melebur

    by Kotahujan News & Story
    1 Januari 2021
    0

    Pianis muda Syauqi Hafidz tampil pada Konser Solo Piano “Atas Nama Cinta” digelar secara virtual. Foto : Derass Penulis...

    DISKOTEQ, kolektif post-punk Bogor, menghentak dengan album pendek bertajuk “Grayscale”. Foto : Pramedya Nataprawira

    Moderasi Panggung Post Punk DISKOTEQ

    by SeluangID
    8 September 2019
    0

    DISKOTEQ, kolektif post-punk Bogor, menghentak dengan album pendek bertajuk “Grayscale”. Foto : Pramedya Nataprawira  Artikel...

    Next Post
    Pidato Soeharto. Sumber foto: www.x.detik.com

    Pidato Soeharto dan Surat Tagore Kepada Gandhi

    Kiai Aziz (berbatik) dan Kakek Rusmin (kasos garis horizontal) bersama warga Surokonto Wetan tetap berjuang walau dikriminalisasi. Foto: Tommy Apriando/ Mongabay Indonesi

    Grasi untuk Pembela Petani Surokonto Wetan

    Benny Arnas dalam sebuah perjalanan. Foto: Dokumentasi pribadi

    Di Praha, Saya Takut, Takut Sekali!

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

      Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Banjir di Jantung Kalimantan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni Tradisi dan Adaptasi Semasa Pandemi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Amirah Telah Pergi Selamanya

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Membincang Hegemoni dalam Reformasi Dikorupsi Bersama Peramu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In