Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Chanee Kalaweit dan Kisah Pelestarian Satwa Liar

SeluangID by SeluangID
22 Januari 2021
in Our Story
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Chanee Kalaweit mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian Owa. Sumber Foto : greeners.co

Penulis : Linda Christanty

Andaikata saya kembali ke Kalimantan suatu hari, saya ingin bertemu Chanee Kalaweit dan mengucapkan terima kasih kepadanya.

Ia mendirikan Yayasan Kalaweit yang melakukan konservasi hutan dengan luas yang sekarang lebih dari 600 hektar.

Ia melindungi satwa, khususnya sejenis kera yang bernama owa kalawet atau Hylobates albibarbis.  

Chanee terlahir dengan nama Aurelien Brule di Perancis. Pada usia 16 tahun ia sudah menulis buku tentang owa dan diterbitkan di negerinya.

Orangtuanya mendukung minat Chanee. Di usia 20-an, ia pergi ke Thailand untuk mencari owa.

Dalam bahasa Thai, owa disebut “chanee”, yang kelak menjadi nama depannya. Setelah itu ia pergi ke Kalimantan untuk mencari owa, yang dalam bahasa setempat disebut “kalaweit”, yang kemudian menjadi nama belakangnya.

Chanee Kalaweit berarti owa owa, nama yang telah merekam perjalanannya mencari satwa ini, melindungi mereka dari kepunahan, dan menjadi pilihan hidupnya.

Melindungi satwa liar sama artinya harus melindungi hutan sebagai habitatnya. 

Di usia 21 tahun, Chanee memutuskan tinggal di Kalimantan dan meminta izin dari pemerintah Indonesia untuk melindungi owa.

Tidak mudah. Ia harus bolak-balik menjelaskan misinya sampai akhirnya ia diizinkan, karena mungkin orang-orang pemerintahan itu bosan melihat  ia terus datang dan tidak ada pilihan lain kecuali meluluskan permohonannya.

Dalam kosa kata bahasa Melayu-Bangka, apa yang dilakukan Chanee disebut “tegere-gere”, yaitu secara konsisten memohon hal yang sama dan mau tidak mau, akhirnya dikabulkan. Sebuah kata yang berakar dari tindakan pantang menyerah. 

Chanee memahami perilaku dan bahasa owa. Belum lama ini saya menonton videonya yang bercerita tentang Susi dan Edi, dua sejoli owa.

Chanee sedih, karena dua ekor owa ini tidak mungkin lagi dikembalikan ke alam bebas. Edi sudah hampir 15 tahun tinggal di kandang dalam perlindungan Yayasan Kalaweit.

Ibunya dibunuh manusia. Taring dan giginya dipotong. Ia tidak dapat lagi mencari makan di alam bebas.

Susi mengalami obesitas, karena bertahun-tahun hidup dengan manusia. Ia korban makanan dan minuman manusia, seperti nasi dan teh manis.

Susi juga tidak bisa lagi hidup di alam bebas. Ketika Chanee dengan sedih menuturkan riwayat mereka, Edi mengulurkan salah satu tangannya dari celah kandang dan terus memegang tangan Chanee. Mengharukan.

Dalam video yang lain, saya melihat Chanee terbang dengan paramotornya. Ia melakukan patroli hutan.

Paramotor adalah parasut yang digerakkan oleh mesin dan mengingatkan saya kepada becakmotor di Aceh, yang sama-sama digerakkan oleh mesin. Bedanya becakmotor beroperasi di darat, yang membawa saya mengelilingi kota Banda Aceh atau mencapai tempat-tempat tertentu di sana tidak dengan terbang.

Chanee menunjukkan kawasan hutan lindung Kalaweit. Pohon-pohon hijau khas hutan hujan tampak dari ketinggian.

Saya seolah dapat mencium aromanya. Tidak berapa lama, ia menunjukkan aktivitas di dekat hutan lindung itu.

Tenda-tenda putih para penambang liar. Mereka mencari emas. Orang-orang ini dulu datang dari Jawa, katanya.

Ia khawatir merkuri yang digunakan mereka akan mencemarkan air sungai, meracuni makhluk hidup.

Ia berharap penambangan mereka tidak memasuki kawasan hutan lindung. Setelah itu ia melayang di atas ladang orang-orang Dayak, di luar hutan lindung, sambil bercerita bahwa ada yang menuduh orang Dayak merusak hutan dan membakar hutan, dan itu sama sekali tidak benar.

Orang-orang Dayak menebang sejumlah pohon di lokasi mereka pernah berladang 20 tahun silam.

Pohon-pohon yang ditebang itu dibiarkan kering untuk dibakar. Lahannya digunakan untuk berladang.

Pohon ditebang dengan kapak dan parang, bukan perkakas bermesin. Setelah panen, orang-orang Dayak akan meninggalkan lokasi tersebut selama 20 tahun agar pohon-pohon kembali tumbuh dan mereka dapat kembali berladang di situ.

Kata Chanee, ini berbeda sekali dengan apa yang dilakukan perusahaan-perusahaan yang terus menebangi pohon-pohon di hutan-hutan dan tidak menumbuhkannya lagi. 

Chanee beristrikan perempuan Dayak dan memiliki dua orang putra, Andrew dan Enzo. Ia sudah menjadi warganegara Indonesia.

Kisah bagaimana ia bertemu Prada, istrinya, juga menarik. Prada waktu itu mahasiswa Fakultas Kehutanan yang sedang KKN (kuliah kerja nyata), sedangkan Chanee tinggal di salah satu rumah dekat lokasi KKN Prada.

Chanee melihat dari jendela, wuaaaah ada orang cantik. Ketika ijab kabul, ayah Prada kesulitan melafalkan nama Perancis calon suami putrinya.

Untuk menyelesaikan masalah, ia memutuskan untuk menikahkan anaknya dengan lelaki bernama Chanee Kalaweit  atau owa owa.

Sejak itu, nama Prada menjadi Prada Kalaweit. Anak-anak mereka menjadi Andrew Kalaweit dan Enzo Kalaweit. Keluarga owa.

Mereka sekeluarga tinggal dalam rumah kayu yang tidak jauh dari hutan. Ketika hendak berpatroli, Chanee menggunakan paramotornya untuk menyeberangi sungai yang berada di muka rumah dan akan terbang di atas kawasan konservasi Dulan, Kalimantan Tengah. 

Ia berpesan agar kita tidak memelihara satwa liar. Cukup anjing dan kucing. Owa, makaka, monyet, kera, beruk, siamang, simpanse, orangutan, gorilla, ular, buaya, beruang, macan, jerapah, harimau, singa dan rusa adalah satwa liar.

Saya teringat pengalaman masa kecil. Suatu hari ayah saya dan anak buahnya (kalau disebut “bawahannya” kesannya kurang sopan. Kalau disebut “pegawainya”, rasanya kurang pas. Ayah bukan pemilik perusahaan, hanya salah seorang manajer) membawa seekor buaya remaja yang sakit ke rumah.

Kakek saya membantu mereka memasukkannya ke kolam di belakang rumah kami. Sekitar satu minggu kemudian, buaya dibawa pergi lagi untuk dilepas di sungai.

Saya bertanya kepada Kakek, “Mengapa kita tidak pelihara saja buaya itu?” Kakek menjawab, “Buaya adalah binatang liar dan harus hidup di alam terbuka.”

Di lain waktu, saya melihat seekor beruk semundi dibawa ke rumah. Kakek membuatkan kandang darurat untuknya.

Beruk semundi ini masih bayi. Ibunya dibunuh pemburu. Sayang sekali, beruk semundi meninggal. Tapi kalau hidup pun, nasibnya pasti merana seperti Susi dan Edi, dua ekor owa yang dikisahkan Chanee.

Mereka sudah tidak dapat kembali hidup di hutan lantaran pernah hidup dengan manusia.

Dulu saya mempunyai teman bernama Ai. Sekarang saya tidak bisa melacak keberadaannya.

Ayah Ai adalah manajer perusahaan perkebunan di Bengkulu. Keluarga Ai memelihara seekor beruang bernama Balu.

Beruang ini sejak bayi dirawat ayahnya. Balu yatim piatu. “Beruang hanya bisa dekat dengan manusia yang  merawatnya,” kata Ai kepada saya. Satu-satunya orang dalam keluarga Ai yang dipatuhi Balu adalah ayah Ai. 

Balu semakin besar dan besar. Ia pantang mencium aroma madu. Suatu hari ibu Ai lupa ada anggota keluarga mereka seekor beruang dan meletakkan botol madu yang terbuka di atas meja dapur.

Apa yang terjadi? Balu yang tengah berada jauh di halaman belakang berlari dengan kekuatan penuh dan menghantam pintu dapur hingga rusak, menerobos ke dalam untuk makan madu.

Pada satu hari minggu, ayah dan ibu Ai tidur siang. Tiba-tiba Balu naik ke ranjang. Ia berbaring di tengah-tengah mereka, seolah ia bayi imut. Balu akhirnya diserahkan kepada dinas perlindungan satwa.

Ai juga memiliki pengalaman memelihara macan, yang sudah kehilangan induknya. Seekor macan memang lucu waktu kecil, tapi membahayakan tuannya ketika semakin besar.

Kuku-kuku macan tumbuh makin panjang dan runcing. Ketika diajak bermain, macan akan melompat, mengejar dan menerkam seolah ia tengah bermain dengan sesamanya.

Kuku-kuku ini membahayakan manusia. Macan keluarga Ai akhirnya diserahkan ke dinas perlindungan satwa. 

Kata-kata Chanee benar, satwa liar bukan untuk dipelihara. Rumah mereka bukan di rumah kita. 

Chanee sering melakukan hal-hal yang luar biasa. Saya mengetahui semua ini dari video-videonya di YouTube.

Pada 2015 ia diminta tim peneliti dari Inggris untuk bersama mereka pergi ke China, mencari kemungkinan adanya habitat primata besar (owa, bonobo, gorilla, simpanse, orangutan, dan  manusia) di Pulau Hainan, khususnya owa.

Pulau Hainan berada di selatan China dan di sebelah timur Vietnam. Habitat owa di China adalah habitat owa paling terancam di dunia dan habitat primata besar paling terancam di dunia, kata Chanee.

Waktu itu diketahui hanya ada tiga keluarga owa di sana, yang keseluruhannya berjumlah 24 ekor.

Para peneliti berharap ada owa lain, yang menandai peningkatan populasi owa. Selama bertahun-tahun mereka gagal menemukannya. 

Chanee mengenal kebiasaan owa. Mereka mengeluarkan bunyi untuk menandai wilayah.

Kalau mereka tidak berbunyi, artinya mereka belum berani mengklaim wilayah itu. Mungkin mereka belum berkeluarga atau masih lajang.  

Selain kendala alam yang berlembah dan berbatu, hubungan tim Inggris dan pemerintah China kurang harmonis.

Polisi tiba-tiba muncul di hari pertama Chanee dan tim peneliti Inggris berada di hutan. Mereka dibawa ke kantor imigrasi.

Setelah menjelaskan ini dan itu, akhirnya mereka bisa kembali ke hutan untuk melanjutkan misi. 

Hutan Hainan sangat dingin. Chanee membayangkan dirinya owa. Sebelum mencari makan, owa akan mencoba menghangatkan tubuh dan memanjat pohon untuk mencari sinar matahari.

Di hutan yang lebat itu sinar matahari baru terasa pada pukul sembilan pagi. Ia lantas memperdengarkan rekaman suara owa di titik sinar matahari cepat muncul.

Terdengar suara sahutan owa. Ini membuktikan ada owa lain, seekor owa jantan. Tapi owa akan berbunyi kalau sudah berpasangan. Owa lajang tidak berani berbunyi.  

Jagawana China mengawasi ketat gerakan tim peneliti Inggris dan Chanee. Mereka tidak boleh bergerak tanpa pengawasan.

Tapi Chanee memutuskan bergerak ke arah suara owa itu secepat mungkin, berlari meninggalkan jagawana.

Ia pun mematikan alat komunikasinya. Sekitar 20 menit owa berbunyi lagi. Tidak hanya menemukan owa jantan, ia berhasil menemukan owa betina dan … seekor bayi owa. Ini menjadi keluarga owa Hainan yang keempat.

Tags: borneochanee kalaweitindonesiakalimantanowasatwa
SeluangID

SeluangID

Related Posts

Catatan dari Lokasi Banjir di Pamanukan

by SeluangID
11 Februari 2021
0

Banjir di Pamanukan. Foto: Bayu Gawtama / Sekolah Relawan Penulis : Bayu Gawtama Ini memang harus dituliskan agar masyarakat...

Kado 2021 Jokowi untuk Masyarakat Adat

by SeluangID
9 Januari 2021
0

Acara penyerahan SK Pengelolaan Hutan Adat, Perhutanan Sosial dan TORA di Istana Negara, Kamis, 7 Januari 2021. Foto: BPMI...

Khotbah di Bawah Pohon Pinus

by SeluangID
6 Januari 2021
0

Kami membuat lingkaran di bawah pohon pinus untuk mendengarkan khotbah rekan-rekan Bombat tentang perjalanan membangun Sikembang Park. Foto: Dony...

Next Post

Ini Cara Kita Memuliakan Penyintas Bencana

Cara Orang Jawa Menikmati Hidup

63 Persen Kekerasan Berbasis Gender Terjadi di Tengah Pandemi

Discussion about this post

Story Populer

  • Naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikoleksi wartawan B.M Diah. Sumber foto: Wikipedia

    Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Banjir di Jantung Kalimantan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kami Mengukur Curah Hujan untuk Menanam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ajip Rosidi: Membaca dan Menulis Tanpa Akhir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
# # #
SeluangID

Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

  • Amatan & Opini
  • Art
  • Catatan Redaksi
  • Kota Hujan
  • Landscape
  • Obituari
  • Our Story
  • Review

Follow Us

We’d like to hear from you!

Hubungi Kami di : [email protected]

Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

  • About Seluang
  • Beranda
  • Pedoman Media Siber

© 2021 Design by Seluang Institute

  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
No Result
View All Result

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In