Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Daun Kelor di Slovenia

SeluangID by SeluangID
7 Mei 2019
in Our Story
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Benny Arnas di Danau Bled, Slovenia. Foto: dokumentasi pribadi
  • Artikel Benny Arnas
  • Tiba di Minehouse Apartmen pukul 2 siang, saya meminta Ethile mencari nasi atau kebab atau makanan Asia Selatan yang mungkin ia temukan—dan saya tidak terlalu yakin dengan itu.

    Stok rendang dan sambal tempe saya memang masih ada, tapi saya sedang ingin makan yang lain, meskipun tetap ada nasinya kalau bisa.

    “I am not sure, Benn,” jawab Ethile seraya meletakkan laptop di atas meja. “Bagaimana kalau pasta?”

    Saya mengangguk. “Plus mashed potato. Banyakin sausnya.”

    Baca juga : Riset Asyik dan Residensi Impian

    Di luar jendela, pohon-pohon meranggas yang baru mulai berbunga membuat Ljubljana jadi kota yang cokelat.

    Berbeda jauh dengan bunga-bunga di pekarangan penduduk yang merekah sempurna. Di beberapa titik, tulip ungu mulai menguncup.

    Unik sekali, sebagian besar tulip yang tertangkap pandang berwarna ungu.

    Di kamar, saya membuka kertas kerja. Ada delapan lembar gambar pemandangan dengan berbagai goresan, namun komposisi konten yang mirip—termasuk gambaran Daniel: Gunung, awan, burung, ladang di kanan kiri sungai dengan skets yang mirip gambar jalan yang membelah sungai dalam lanskap pemandangan versi Indonesia.

    Saya membaca tiap garis, model objek yang digambar, intensitas garis sekaligus kecenderungan mengarsir, dan sejumlah komposisi baru yang tampak mencuat—seperti adanya bunga-bunga, sampan, hingga kereta api—meskipun jumlah dan pengaruhnya tidak cukup signifikan terhadap gambar pemandangan pada umumnya.

    Baca juga : Tidak ada “Kejutan” di Silence Apartment

    Selesai membuat analisis yang saya tuangkan dalam jurnal harian yang di-email ke Ethile, saya memutuskan untuk jalan-jalan. Seperti paham apa yang butuhkan, Ethile sudah menyiapkan taksi.

    “Tidak bisa jalan kaki sajakah?”

    “Bisa.”

    “Trus?”

    Ethile menunjukkan layar ponselnya pada saya. Google Map sedang bekerja. Jaraknya sama seperti Villach-Ljubljana. Mungkin tengah malam ini kita baru tiba di Bled.”

    “Oke, Ethile. I see.”

    Ethile tertawa menang.

    “Laptop perlu dibawa?”

    Saya menggeleng.

    “Ada kafe keren di depan danaunya lho. Di utara gereja di pulau pun ada tempat bagus untuk melanjutkan novelmu. Bagaimana?”

    “No, Et. Setengah jam sajalah kita ke sana.”

    “Are you sure?”

    “Not sure enough. Tapi saya cuma mau cari angin, bukan mau nulis. Bisa kita naik taksi sekarang. Harus ke mana dulu kita?”

    “Fak Am Se.”

    “What?” Namanya kedengaran kurang enak didengar.

    “Yes. Lalu kita naik kereta ke Bled.”

    Baca juga : Salah Kereta, Nyaris Membeku di Slezthal

    Baru lima menit kami menumpangi taksi model sedan itu, sopir memundurkan kendaraan ke semacam pekarangan tanpa pagar di Fak Am Se dan … duaaarrr!!

    Kap belakang mobil menabrak besi pembatas gereja dengan area stasiun.

    Kami lekas keluar. Seorang perempuan tua gemuk menghampiri kami dan ngoceh-ngoceh dalam bahasa Jerman pada sopir kami yang tampaknya menyampaikan permintaan maaf berkali-kali.

    “You may go now. I can handle this!” ujar sopir itu, seakan-akan tak nyaman kami menyaksikannya diomeli nenek-nenek tua.

    Baca juga : Rasisme dan Teriakan “Allahu Akbar” di Stasiun

    Di Bled, saya kembali bertemu Daniel ketika sedang ‘memprospek’ calon responden, seorang gadis berkebangsaan Amerika. Ethile berusaha meyakinkan gadis itu agar mau menggambar alias membantu riset saya.

    “Oke,” kata gadis itu akhirnya. Ia kemudian minta waktu sebentar untuk berbicara dengan seseorang.

    “Kenalkan,” katanya kemudian. “Ini Oma saya. Dia lama tinggal di Frankfurt. Kami juga nginap di Villach, dekat Fak Am Se, malah.”

    Oh God, itu adalah perempuan tua penjaga gereja tadi. Saya lalu menceritakan peristiwa siang tadi.

    Nenek itu tertawa. “It’s not church and I am not the security,” koreksinya dengan wajah semringah. “It’s the hotel we stay in.”

    Saya tertawa kecil. “Lalu bagaimana dengan sopir taksi itu?” tanya saya kemudian.

    “Everything’s fine. We have our own way to make it better.”

    Lalu Erica Hopman, begitu perempuan itu menuliskan namanya di kertas gambar yang saya ajukan dan mulai menggambar.

    Surprised!

    Saya dan Daniel ngakak. Gambarnya mirip dengan gambar Daniel. Di mana-mana “pemandangan / landscape” diterjemahkan mirip-mirip. Bule pun gak kreatif lho!

    Baca juga : Traunkirchen, Lalu Kangen

    Sepuluh menit kemudian, Erica pamit dan Daniel menggamit tangannya.

    “She’s the girl you told me in a train?” bisik saya pada Daniel.

    Daniel menggeleng. “I haven’t met her yet. So, i caught this fish first!” Lalu ia tertawa penuh kemenangan.

    Di Slovenia, Dunia rupanya selebar daun kelor juga.

    [Tulisan bersumber dari sini]

    [Penulis adalah Founder BennyInstitute. Tinggal di Lubuklinggau, Sumatera Selatan]

    SeluangID

    SeluangID

    Related Posts

    Catatan dari Lokasi Banjir di Pamanukan

    by SeluangID
    11 Februari 2021
    0

    Banjir di Pamanukan. Foto: Bayu Gawtama / Sekolah Relawan Penulis : Bayu Gawtama Ini memang harus dituliskan agar masyarakat...

    Chanee Kalaweit dan Kisah Pelestarian Satwa Liar

    by SeluangID
    22 Januari 2021
    0

    Chanee Kalaweit mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian Owa. Sumber Foto : greeners.co Penulis : Linda Christanty Andaikata saya kembali ke...

    Kado 2021 Jokowi untuk Masyarakat Adat

    by SeluangID
    9 Januari 2021
    0

    Acara penyerahan SK Pengelolaan Hutan Adat, Perhutanan Sosial dan TORA di Istana Negara, Kamis, 7 Januari 2021. Foto: BPMI...

    Next Post
    Anak-anak di Dusun Sungai Sembilang dalam Landskap Sembilang ini hidup di tengah lautan sampah. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

    Gunata: Bebaskan Pesisir Timur Sumsel dari Sampah Plastik

    Presiden Jokowi memberikan sertifikat tanah kepada warga. ANTARA FOTO/Ardiansyah. Sumber foto: suara.com

    Dan Harapan itu Masih Ada

    illustration © Climate Central

    Indonesia Akan Bangun Satelit Terbesar di Asia

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

      Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Banjir di Jantung Kalimantan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni Tradisi dan Adaptasi Semasa Pandemi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Amirah Telah Pergi Selamanya

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Membincang Hegemoni dalam Reformasi Dikorupsi Bersama Peramu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In