Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Di Balik Wacana Penggusuran Lokasi Prostitusi

SeluangID by SeluangID
20 Juni 2019
in Amatan & Opini
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Suasana diskusi bertajuk prostitusi di Cirebon, belum lama ini. Foto: Turasih
  • Artikel Turasih
  • Berbicara tentang prostitusi memang menjadi sebuah paradoks, di satu sisi berbicara moralitas dan di sisi lainnya berbicara soal strategi nafkah.

    Secara sosiologis kedua sisi tersebut memiliki unsur nilainya masing-masing, tergantung apa yang mendasari seseorang memilih jalan prostitusi sebagai cara hidupnya.

    Belum lama ini, tema prostitusi dibahas dari sudut pandang sosiologis dalam kesempatan diskusi dengan rekan-rekan dosen baru IAIN Syekh Nurjati, Cirebon dengan latar belakang ilmu sosial.

    Tema ini berangkat dari hasil riset Musahwie yang sekaligus menjadi pembuka diskusi yang direncanakan menjadi agenda rutin.

    Risetnya dilakukan sekitar tahun 2012. Tema ini mengingatkan saya pada buku Sex, Money, and Morality yang ditulis oleh Thanh Dam Truong.

    Buku tersebut membahas mengenai dinamika prostitusi di Asia Tenggara dan menggambarkan bagaimana prostitusi tidak hanya cukup dipandang dari sudut pandang moral namun mencakup juga aspek ekonomi-sosial-budaya-dan politik.

    Apa yang dibahas oleh Musahwie saat itu menunjukkan keniscayaan bahwa isu prostitusi (dan bahkan praktiknya) tidak terlepas dari aspek ekonomi-politik.

    Di Yogyakarta (tepatnya di area wisata Pantai Parangtritis) praktik prostitusi ini merupakan bagian dari upaya “mencari nafkah” yang dilakoni oleh perempuan-perempuan yang sebagain besar dari luar Bantul (seperti Gunung Kidul, dll).

    Dengan alasan moralitas, pemerintah daerah kemudian menerbitkan peraturan mengenai penggusuran area-area yang diduga merupakan tempat yang dijadikan lokasi prostitusi.

    Lokasi yang dimaksud telah direncanakan untuk pembangunan area wisata yang lebih tertata, bahkan pariwisata syariah.

    Hal ini mengundang aksi-aksi perlawanan dan protes.

    Diskusi kami kemudian berkembang, melihat prostitusi dari sudut pandang keilmuannya.

    Alfian, misalnya, memberikan tanggapan bagaimana prostitusi dari sudut pandang antropologi seringkali dikaitkan dengan ritual-ritual yang dilakukan oleh sekelompok orang yang percaya bahwa ritual tersebut dapat mendatangkan kekayaan.

    Dari sudut pandang kajian agraria, Syatori, mengomentari bahwa ada isu menarik bagaimana kontestasi pertanahan di lokasi prostitusi tersebut berlangsung.

    Tidak hanya itu, isu HIV AIDS, upaya-upaya pemberdayaan masyarakat juga muncul dalam diskusi kali ini.

    Kesimpulan dari diskusi ini diambil oleh Musahwi sebagai pemantik, bahwa di balik upaya penggusuran sebuah lokasi prostitusi terdapat wacana ekonomi politik yang mendasarinya.

    Sebuah awal diskusi yang baik, setidaknya membuka logical framework masing-masing dari kami yang hadir sesuai dengan keilmuan kami.

    Bagi saya sendiri, diskusi keilmuan seperti ini sangat menarik, setidaknya terbersit hipotesis dan pertanyaan:

    Jika pelaku prostitusi sebagian besar adalah pendatang dari luar Bantul, maka ada isu demografi terutama terkait dengan migrasi.

    Apakah mereka yang menjadi objek prostitusi menetap sementara di wilayah Bantul atau menjadi migran sirkuler?

    Bagaimana latar belakang para PSK di tempat asalnya?. Kajian strategi nafkah dapat berkembang dari latar belakang para PSK.

    Proses-proses perubahan sosial di desa-desa sekitar lokasi prostitusi dan desa-desa asal PSK, apakah mereka memberikan remitan ke desa asalnya?

    Sekilas, prostitusi adalah persoalan moralitas. Tetapi ada banyak wacana yang mendasarinya termasuk kekuasaan.

    Musahwie menganalisa menggunakan teori Faucault dan Gramsci. Baru sekilas yang saya pahami dan harus banyak belajar lagi.

    Baik Faucault maupun Gramsci membicarakan kekuasaan, Faucault dalam wacana dan Gramsci dalam Hegemoni.

    Dalam diskusi ini muncul kesimpulan bahwa teori Faucault dan Gramsci terbukti pada kasus penggusuran lokasi prostitusi di Yogyakarta.

    Bahwa elit pemerintah menggunakan kekuasaan dengan menerbitkan peraturan daerah untuk “meniadakan” praktik prostitusi di lokasi wisata.

    Meskipun penelitian ini sudah dilaksanakan tahun 2012, isu ini masih tetap relevan hingga saat ini.

    Faktanya, penggusuran lokasi prostitusi menyisakan persoalan dan bahkan menciptakan problematika baru.

    Misalnya, di Pekanbaru, penggusuran lokalisasi Taleju yang digusur sekitar 10 tahun silam dengan wacana pemerintah untuk menjadikan Pekanbaru sebagai Kota Madani bebas prostitusi.

    Alasan penggusuran lokasi Telaju mirip dengan apa yang diteliti oleh Musahwie, yaitu menghapus perspektif sosial negatif yang tentu saja berkaitan dengan moralitas.

    Pekerjaan rumah bagi pihak-pihak lintas sektor untuk bisa melihat persoalan prostitusi ini secara adil, tidak hanya dari sudut pandang orang luar, tetapi juga menilik sudut pandang para pelaku pekerja seks komersial.

    Apakah pilihan penggusuran telah mempertimbangkan aspek peralihan nafkah ke sektor lain, jaminan hidup, juga perlindungan PSK dari perundungan di masyarakat?

    [Sumber tulisan diambil dari sini]

    Turasih, seorang ibu, peneliti, dosen dan penulis aktif. Editorial & Collaborator www.seluang.id

    Tags: cirebondiskusiprostitusi
    SeluangID

    SeluangID

    Related Posts

    Refleksi di Ujung 2020: Pandemi, Politik dan Budaya Tropis

    by SeluangID
    7 Januari 2021
    0

    Petani di Kasepuhan Karang tengah merawat padi dari ancaman hama di akhir tahun. Foto: Dony P. Herwanto Penulis :...

    Ecocide dan Tatanan Hidup Baru

    by SeluangID
    7 Juni 2020
    0

    Sumber Foto : ekuatorial.com Penulis : Ani Muklisatun Munawaroh Di tengah krisis COVID-19 yang sedang berkembang, ada beberapa negara yang...

    Keselamatan Rakyat, Negara Harus Hadir

    by SeluangID
    29 Mei 2020
    0

    Mural bergambar manusia bermasker menjadi pesan sosial di jalanan. Sumber: detik.com Penulis : Eko Cahyono Kini semakin sadar dan...

    Next Post
    Kadaton Kecil Sultan Ternate di kelurahan Afetaduma, Pantai Rua, Pulau Ternate, Maluku Utara, November 2016 yang kondisi semakinnya rusak parah karena abrasi. Foto: M Rahmat Ulhaz/Mongabay Indonesia

    Abrasi Pesisir Ancam Kedaulatan Negara?

    Apay Janggut, kepala rumah panjang Sungai Utik, yang menjunjung tinggi amanah leluhur yaitu menjaga hutan adalah menjaga kehidupan. Foto: Rhett Butler/Mongabay

    "Hutan Adalah Ibu Kami"

    Para sineas dari berbagai negara yang berpartisipasi dalam International Student Short Film Festival 2019 © Irhamni Rofiun Mahmud

    Sineas Indonesia Berkarya di International Student Short Film Festival 2019

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

      Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • “Kami tak Ingin Lingkungan Ini Rusak,” kata Yanto

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Cara Orang Jawa Menikmati Hidup

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Banjir di Jantung Kalimantan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Kami Mengukur Curah Hujan untuk Menanam

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In