Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Di Jantung Kyoto, Kelak Rindu Ini Kembali

SeluangID by SeluangID
26 Agustus 2018
in Review
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

  • Artikel Nadyne_Iva

Hari kedua, saya menuju Kyoto dengan menggunakan Shinkansen yang di-cover JR Pass. Saya berangkat dari Stasiun Shinjuku (kali ini tidak pakai nyasar) pukul 08.32 dan tiba pukul 10.45 di Stasiun Kyoto. Janjian dengan Arum yang pergi malam sebelumnya menggunakan bus malam. Arum sudah sampai duluan dan karena butuh kehangatan dan aliran listrik jadi dia merapat di Starbucks.

Setibanya di Kyoto, lagi-lagi saya dibuat bingung dengan besarnya stasiun di Jepang. Stasiun-stasiun pusat, dibuat integrasi antara stasiun kereta, terminal bus, hotel dan pusat perbelanjaan. Dan salah banget kalau janjian di starbucks, karena ada 2 starbucks di area dalam stasiun yang jaraknya cukup berlawanan arah dan satu starbucks di luar tidak jauh dari area stasiun. Jadilah satu jam dipakai untuk main cari-carian di dalam stasiun. Dengan penuh drama pencarian, akhirnya kami bertemu di tourist information center (yang ternyata di tiap pintu keluar juga ada).

Hal pertama yang kami lakukan ketika keluar stasiun adalah check in guest house yang ternyata tidak terlalu jauh dari stasiun. Namun karena belum terbiasa jalan kaki, ya merasa jauh juga. Di Jepang, rata-rata orang ke mana-mana berjalan kaki. Jarak dari halte terdekat bisa mencapai 1 kilometer ke tempat yang dituju tapi, baik muda maupun tua tetap jalan kaki.

Karena kami pikir masih sore sehingga kami menyempatkan pergi ke Fushimi Inari menggunakan bus. Oh iya selama di Kyoto saya menggunakan Kyoto 2 days pass untuk bus. Penting banget beli ini karena kita nggak pernah tau kapan kita akan nyasar sehingga harus gonta-ganti naik bus. Selama travelling ini rasanya naluri petualang kita terus diasah, mengenali arah mata angin dan berbicara ala kadarnya dengan penduduk lokal.

Foto: Nadyne_Iva

Setiba di Fushimi Inari, hari sudah mulai gelap padahal baru jam 4 sore. Namun justru menjadi indah sekali, karena sepanjang jalan dari bus stop di bawah sampai tempatnya yang agak menanjak banyak toko-toko cantik dengan lampu dan wangi aroma jajanan di food stall. Banyak jajanan Jepang ala-ala di manga seperti taiyaki, dango, crab stick, meat (pork) steak bbq, ubi rebus, dll.

Karena di sini anaknya tipe yang laper mata, dicobainlah satu per satu yang sekiranya halal. Paling the best ya ubi bakarnya (orang Indonesia di saat dingin melanda selalu mengandalkan rebus-rebusan). Perut hangat dan kenyang saat nya menyusuri tiang tiang fushimi inari.

Dan karena sudah malam sehingga tidak terlalu terlihat tiang-tiang legendarisnya. Bisa berjalan tanpa salah injak anak tangga pun sudah bersyukur. Jadi kami tidak punya foto di tiang-tiang fushimi inari itu. Tapi di memory saya masih terekam indahnya temaram lampu di malam hari dengan dingin yang menggigit di kuil-kuil dan sepanjang jalan.

Kamu nonton spirited away? Ya, kurang lebih rasanya seperti itu ketika memasuki area di malam hari dan lampu-lampu mulai dinyalakan.

Sebelum kembali ke penginapan, kami menyempatkan ke Distrik Gion untuk makan di ramen halal Naritaya. Ternyata di Jepang, untuk masuk restoran ada jam nya tersendiri untuk lunch dan dinner. Di luar jam yang ditetapkan, ya tutup. Nah pas di Naritaya malam itu saya sudah kedinginan karena belum terlalu beradaptasi dengan cuaca, dan hujan sudah mulai turun.

Kami harus mengantre di luar sampai petugasnya memanggil kami masuk. Padahal kami lihat di dalam ada beberapa tempat yang kosong. Sedih sekali rasanya, perut sudah sangat lapar dan udara yang dingin syahdu hanya bisa memandang kehangatan rumah dari luar. Karena tak sabar menunggu, kami pun pergi ke restoran Yakiniku di sebelahnya yang ternyata masih 1 group. Halal Beef Yakiniku Naritaya. Menunya ya barbeque beef dengan nasi. Buat saya sih beef nya kurang banyak hahahahaha jadi ya so-so lah. Rasa pun biasa. Hanya nasi lah yang menyelamatkan perut kami.

Setelah energi terkumpul dari semangkuk nasi dan sup rumput laut (serta potongan beef tipis), kami jalan berkeliling area Gion lalu kembali ke penginapan. Karena khawatir juga takut kehabisan bus.

Foto: Nadyne_Iva

Bucket list utama saya di Kyoto adalah Arashiyama. Saya sudah riset berkali-kali dari berbagai website dan artikel-artikel perjalanan. Rencananya adalah menikmati perahu di sungainya, naik kereta keliling Arashiyama menggunakan Sagano Scenic Railway, dan bamboo forest. Alhamdulillah yang kesampaian naik perahu dan bamboo forestnya.

Rupanya apabila ingin naik kereta harus booked dari jauh hari dan pada saat itu waiting list. Bisa naik pada pukul 3 sore padahal waktu itu kami baru jam 12 siang. Dan belajar dari hari kemarin, jam 3 sore sudah mulai gelap dan kami masih harus ke Kinkakuji, Gion dan Ninnenzaka. Akhirnya saya harus merelakan tidak naik kereta di Arashiyama.

Keliling sungai di Arashiyama dengan perahu kecil ternyata lucu juga, menikmati guguran daun-daun momiji merah, suara gagak dan burung-burung lainnya dan yang gak kalah seru ada perahu dagang menjual aneka jajanan. Nggak di mana-mana pasti di area wisata ada hal-hal yang seperti ini. Di sinilah pertama kalinya saya mengenal HOT Kopi Kaleng. Iya, kopi kalengnya panas.

Wow banget, minum kopi kaleng berasa minum kopi panas di café. Ketika naik perahu, di beberapa sudut kami melihat ada foto shoot pre-wedding dan ada juga yang melangsungkan pernikahannya di sana lengkap dengan pakaian tradisionalnya. Di area Arashiyama memang ada beberapa kuil sehingga banyak yang melangsungkan pernikahan di sana. I was so lucky to met one of them.

Foto: Nadyne_Iva

Puas naik perahu di sungai, kami tracking menuju bamboo forest yang terkenal itu. Menikmati sekali moment-moment menyusuri jalanan yang penuh dengan warna-warna musim gugur. Selama itu pula saya mengamati banyak opa oma yang dengan tongkat dan tas ransel jalan penuh semangat sambil foto-foto dengan kamera DSLR yang dikalungkannya. Rasanya melihat semangat opa oma tersebut, saya pun jadi ikutan semangat.

Setibanya di bamboo forest, wow ramai sekali. Not romantic anymore. Harusnya datang ke sini pagi-pagi, tapi tadi kami salah naik bus sehingga sampai di area sisi lainnya Arashiyama. But, our principe is getting lost is part of the journey, keep moving and the journey begins .

Karena tidak jadi naik kereta di Arashiyama, kami hendak mengunjungi Kinkakuji Temple (temple yang berwarna emas) ke arah Mt Takao. Sebenarnya, saya tidak memasukkan list ini, tapi teman saya penasaran karena pada kunjungan ke Kyoto tahun sebelumnya dia mengunjungi kuil yang salah.

Selanjutnya kami ke Nishi Honganji Temple yang lokasinya tidak jauh dari stasiun Kyoto. Nishi Honganji Temple ini merupakan kuil pusat untuk sekte Jodo Shinshu yang didirikan pada tahun 1602 Pada masa Tokugawa Ieyasu, kuil ini pernah menjadi headquarter pasukan keamanan Kyoto Shinsengumi.

Keberadaan serta peran kuil ini tidak terlepas dari politik yang bergejolak pada masa akhir Meiji. Untuk lebih detail mengenai sejarah kuil ini bisa dibaca di link atau baca Flash of Wind (Kaze Hikaru) yang sampai sekarang bikin baper karena gak tamat-tamat. Tapi buat kalian yang penggemar cerita-cerita Jepang, kisah Shinsengumi tentunya sudah tak asing lagi karena sering diadaptasi dan menjadi latar dalam berbagai film, dorama, teater, novel dan manga.

Pada saat kunjungan kami ke sana, sekilas mendengar Biksunya menceritakan (sayangnya dalam bahasa Jepang) kepada para pengunjung mengenai sejarah kuil tersebut lengkap dengan menunjukkan beberapa relief di lantainya. Saya mencoba menangkap maknanya sembari melihat relief yang terdapat gambar Gunung Fuji dan beberapa simbol lainnya.

Memandang secara keseluruhan lanskap kuil ini dari pintu masuk, areal bangunan, halaman dengan pohon ginkgo berusia 400 tahun yang menguning keemasan membuat Nishi Honganji terlihat begitu indah, megah dan magis.

Foto: Nadyne_Iva

Ketika hari sudah semakin sore dan gelap, kami memutuskan ke Gion untuk makan malam. Kali ini kami berhasil makan di Ramen Naritaya. Di sini kami bertemu dan ngobrol dengan para sisters hijabi dari Kuala Lumpur. Sayangnya saking asik makan dan ngobrol kami lupa foto-foto.

Malam itu kami tutup dengan keliling Gion hingga Kamo River. Jembatan Kamo River ini selalu muncul di cerita-cerita klasik Jepang. Salah satunya pertempuran dengan Serizawa-nya Shinsengumi dalam komik Flash of Wind di seri-seri awalnya.

Di Gion saya dan teman masuk ke gang-gang kecil untuk menghindari crowdednya orang-orang, dan menemukan jalanan yang penuh dengan guest house dan izakaya (bar-nya Jepang). Gang-gang kecil di Gion ini banyak menggunakan lampu dengan sensor, sehingga kalau kita lewat barulah lampu tersebut pop up menyala. Menikmati Gion dengan temaram lampu malamnya saya rasa menjadi salah satu best memory dalam perjalanan ke Jepang kali ini.

Sayang sekali, karena seringnya nyasar dan salah naik bus serta terkadang terlalu terlena di suatu tempat, banyak tempat di Kyoto yang tidak saya datangi. List saya seperti Kyoto International Manga Museum, Sannenzaka Ninenzaka, Kyoto Pottery Village harus saya relakan dan hal-hal yang tertinggal seperti ini membuat saya jadi ingin kembali lagi ke Kyoto.

Foto: Nadyne_Iva

Hal yang membuat saya sangat terkesan dengan Kyoto adalah dengan melihat para elderly begitu mandiri. Di Stasiun Kyoto Central, ada beberapa tourist center yang relawannya merupakan anak sekolah setingkat SMA dan para orang tua. Mereka menggunakan rompi sebagai penanda dan mengarahkan para turis untuk naik transportasi yang tepat.

Di beberapa penyebrangan jalan juga terlihat banyak orang tua yang memakai rompi mengarahkan orang untuk menyeberang. Lalu di mana-mana saya melihat orang tua berjalan kaki, naik bus, naik sepeda dengan lincahnya. Kumpul sesama opa oma naik kereta jalan-jalan, makan di restoran atau sekedar mengobrol dan baca buku di pojok cafe. Kyoto seakan siap menyambut siapapun yang datang dengan kehangatan dan keramahannya.

NB: Tulisan serupa, bisa dijumpai di Sini

Nadyne_Iva, travel enthusiast, Commuter Depok-Jakarta-Depok, Jack of All Trades, alias banyak maunya.

SeluangID

SeluangID

Related Posts

Cara Orang Jawa Menikmati Hidup

by SeluangID
8 Februari 2021
0

Sumber foto : @klubgrathile Penulis : Fahmi Mubarok Berani Goblog pada Sabtu, 30 Januari 2021 mendiskusikan buku berjudul ngudud,...

Buku William Faulkner. Sumber: Facebook Shinta Maharani

Kemalangan Faulkner

by SeluangID
26 November 2019
0

Buku William Faulkner. Sumber: Facebook Shinta Maharani Artikel Shinta Maharani Seorang perempuan kesepian, sendiri bersama...

JFK, eksperimental pop bersaudara yang siap meluncur dengan album perdana. Foto : dok.JFK

Running Late, Karya Perdana Risakotta Bersaudara

by SeluangID
13 Oktober 2019
0

JFK, eksperimental pop bersaudara yang siap meluncur dengan album perdana. Foto : dok.JFK  Artikel : Anggitane...

Next Post
Seorang penarik cidomo menawarkan angkutan pada wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Gili Air, Jumat (17/8/18). Foto: Fathul Rakhman/ Mongabay Indonesia

Menata Wisata, Jangan Lupakan Standar Penanganan Bencana

Wayan Sudiadna, penjaga PLTS Kubu, Karangasem, Bali, yang kondisinya memprihatinkan dengan banyaknya panel surya yang rusak. Foto : Anton Muhajir/Mongabay Indonesia

Ironi Membumikan Energi Bersih di Bali

Foto: Nadyne_Iva

Tokyo dan Hal-hal Kecil yang Belum Tuntas

Discussion about this post

Story Populer

  • Naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikoleksi wartawan B.M Diah. Sumber foto: Wikipedia

    Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kami Mengukur Curah Hujan untuk Menanam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saya Tidak Panik. Saya Mengisolasi 14 Hari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Kami tak Ingin Lingkungan Ini Rusak,” kata Yanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
# # #
SeluangID

Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

  • Amatan & Opini
  • Art
  • Catatan Redaksi
  • Kota Hujan
  • Landscape
  • Obituari
  • Our Story
  • Review

Follow Us

We’d like to hear from you!

Hubungi Kami di : [email protected]

Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

  • About Seluang
  • Beranda
  • Pedoman Media Siber

© 2021 Design by Seluang Institute

  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
No Result
View All Result

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In