- Artikel Shinta Maharani
Selesai dengan Buck, gilirannya meracau tentang Orang-orang Malang ciptaan pengarang Rusia Fyodor Dostoevsky. Novel klasik garapan perdana Dostoevsky mengisahkan orang-orang miskin dalam situasi sosial politik Rusia yang tidak menguntungkan. Dia mengisahkan seorang juru tulis, Devuskhin yang sering diolok dan miskin.
Devuskhin yang malang hanya memakai mantel bolong ketika dingin udara menyergap. Ia mengatasi rasa sakit diejek dengan mabuk-mabukan. Padahal, ia tak punya banyak duit. Devuskhin merasa sebagai keset, gombal tak berguna.
Ia menjalin kasih dengan seorang perempuan yatim piatu, Varenka. Perempuan ini juga hidup serba terjepit. Ia miskin dan sakit-sakitan. Devuskhin dan Varenka sama-sama menyukai sastra.
Mereka sama-sama hidup susah. Mereka berjauhan dan menjalin komunikasi lewat surat menyurat. Keduanya sering mengirim buku satu sama lainnya. Mereka membaca karya-karya Shakespeare dan Puskhin. Dalam surat-surat itu, mereka membahas karya-karya sastra.
Varenka suka sekali menulis dalam kondisinya yang terhimpit. Ia harus bekerja sebagai tukang jahit demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Suatu ketika, kondisi Varenka semakin buruk. Dia sakit-sakitan.
Devuskhin sangat sedih. Kondisinya pun buruk. Ia tak punya banyak uang untuk membantu kekasihnya. Varenka yang semakin sakit keras tak punya pilihan. Di penghujung kisah, ia terpaksa menerima pinangan seorang tuan tanah.
Devuskhin semula kecewa dan meminta Varenka tak menerima pinangan tuan tanah. Di mana harga diri Varenka? Tapi, Devuskhin tak bisa berbuat apa-apa. Ia mendoakan agar Varenka bahagia dan bisa mengatasi situasi setelah ia menikah dengan si tuan tanah.
Dostoevsky tampaknya lihai menggambarkan kondisi psikologis yang dialami hampir semua manusia. Manusia-manusia miskin pun sama seperti orang-orang kaya. Mereka berusaha mempertahankan harga diri di tengah situasi yang sulit.
Lumayan menguras emosi. Rupanya saya tak bisa menahan butir-butir air di pipi.
Selamat berjumpa dengan kemalangan dan kejutan-kejutan. Yang tersayang, si tua bermantel lusuh…..
Shinta Maharani, wartawan, penikmat seni dan pembaca buku setia. Tinggal di Jogja
Discussion about this post