Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Festival Tunggul Kawung Kembali Bergaung

SeluangID by SeluangID
5 Desember 2018
in Art
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Salah satu penampilan peserta Festival Tunggul Kawung 2017. Foto: Rifky Setiadi/DK3B
  • Artikel Rifky Setiadi
  • Gagasan event Festival Tunggul Kawung yang dicetuskan oleh Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor (DK3B) kembali digelar. Event tahun kedua ini konsisten mengusung sebutan “Tunggul Kawung” dalam bentuk festival. Sebagai nama lain dari Bogor, Tunggul Kawung secara khusus mengangkat bentuk kompetisi alat musik tabuh (membranophone), yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran membran, kulit atau selaput.

    Puncak kegiatan Festival Tunggul Kawung (FTK) tahun ini direncanakan berlangsung pada Rabu, 19 Desember 2018 mendatang di Gedung Kemuning Gading, Kota Bogor. Selain diikuti oleh sanggar-sanggar dan komunitas seni di Kota Bogor, kompetisi kreatif ini juga mengundang perwakilan daerah seperti Ciamis, Karawang, Purwakarta, Subang dan Banten.

    Diharapkan undangan ini juga dapat tersebar ke beberapa daerah lain di luar Jawa Barat.

    Olahan kreatif unsur bunyi khas dari alat musik tabuh atau tepuk yang dikreasikan dengan gerak atau kareografi yang atraktif tentu akan menjadi sajian istimewa. Di event ini, berbagai alat musik seperti gendang, rebana, beduk atau alat musik buatan lainnya yang bersifat membranophone akan menjadi instrumen utama sebagai bentuk penyajian.

    Baca juga: Kebo Ketan Upaya Menjaga Nusantara

    Salah satu peserta Festival Tunggul Kawung menyajikan satu bentuk komposisi terbaik. Foto: Rifky Setiadi/DK3B

    Peserta semaksimal mungkin dituntut untuk menciptakan bunyi yang harmoni, dinamika irama dan komposisi kreatif, mengingat ritme instrumen musik yang dimainkan oleh peserta ini dilakukan secara berkelompok.

    Bentuk kompetisi inilah yang menjadi ciri khas dari Festival Tunggul Kawung – Ethnic Drum Festival, yang menjadi event kompetisi alat musik membranophone satu-satunya yang saat ini hadir di Jawa Barat.

    Ketua Umum DK3B, Usmar Hariman menyebutkan, festival ini menjadi menarik mengingat jenis dan kekayaan alat musik tabuh cukup banyak, sehingga mampu memunculkan nilai kreativitas dan mengangkat kembali sebutan Tunggul Kawung.

    “Kami ingin menghidupkan filosofi nama Bogor yang juga disebut Tunggul Kawung. Karenanya, sejak tahun lalu kita sudah mulai eventnya sebagai salah satu agenda budaya akhir tahun yang ikonik di Kota Bogor,” ujar Usmar.

    Baca juga: Kalaodi Pelindung Tidore

    Penampilan memukau salah satu peserta Festival Tunggul Kawung 2017. Foto: Rifky Setiadi/DK3B

    Tak hanya itu, festival ini juga dimaksudkan untuk mempromosikan Kota Bogor secara nasional dan menjadi event penutup akhir tahun yang mengandung bentuk edukatif sekaligus rekreatif. Atraksi budaya yang inovatif ini juga didukung oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor sebagai mitra dalam penyelenggaraan acara.

    “Ini merupakan bentuk kegiatan seni budaya yang khas dan menarik, sehingga ke depan diharapkan memperkaya berbagai bentuk agenda budya yang sudah ada di Kota Bogor,” kata Shahlan Rasyidi, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor.

    Ketua Panitia Festival Tunggul Kawung, Jimmy Carter mengungkapkan, secara bertahap di masa mendatang event ini akan bersiap menjadi event nasional dan mungkin saja internasional.

    “Setiap daerah di nusantara memiliki alat musik tabuh tersendiri yang khas, baik itu bentuk, bahan, bunyi maupun cara memainkannya. Disebut khas karena suara yang dihasilkan, irama hingga kebiasaan atau tata cara memainkannya memiliki pola dan aturan tersendiri. Ke depan sangat mungkin event ini menjadi semakin besar sebagai event nasional dan mungkin saja menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia di era pariwisata kreatif,” papar Jimmy.

    Baca juga: Kota Ketika Lampu Berwarna Merah

    Penampilan salah satu peserta Festival Tunggul Kawung 2017. Foto: Rifky Setiadi/DK3B

    [Penulis adalah Sekretaris Umum Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor]

    SeluangID

    SeluangID

    Related Posts

    Membincang Hegemoni dalam Reformasi Dikorupsi Bersama Peramu

    by Kotahujan News & Story
    2 Januari 2021
    0

    Peramu, mengusung heavy rock dengan lirik dukungan gerakan sosial. Artwork by Graditio Penulis : Anggit Saranta Laju melaju menembus...

    Getar Piano itu Melebur

    by Kotahujan News & Story
    1 Januari 2021
    0

    Pianis muda Syauqi Hafidz tampil pada Konser Solo Piano “Atas Nama Cinta” digelar secara virtual. Foto : Derass Penulis...

    DISKOTEQ, kolektif post-punk Bogor, menghentak dengan album pendek bertajuk “Grayscale”. Foto : Pramedya Nataprawira

    Moderasi Panggung Post Punk DISKOTEQ

    by SeluangID
    8 September 2019
    0

    DISKOTEQ, kolektif post-punk Bogor, menghentak dengan album pendek bertajuk “Grayscale”. Foto : Pramedya Nataprawira  Artikel...

    Next Post
    Narasumber talkshow sesi I (dari kiri ke kanan): Dahniar Andriani (Koordinator Koalisi Hutan Adat), Ageng Herianto (FAO), Muhammad Said (Direktur PKTHA-KLHK), Wiratno (Dirjen KSDAE-KLHK), Hariadi Kartodihardjo (Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB), dan Arimbi Heroepoetri (DWI).

    Menuju Percepatan Hutan Adat yang Berkualitas

    Macan tutul jawa yang terekam kamera jebak di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Foto: Conservation International/TNGHS

    Matinya Sang Penjaga Rimba Terakhir

    NH. Dini. Foto: thejakartapost.com

    NH. Dini, Pemberi Suara Baru Perempuan Indonesia

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

      Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni Tradisi dan Adaptasi Semasa Pandemi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Banjir di Jantung Kalimantan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Amirah Telah Pergi Selamanya

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Membincang Hegemoni dalam Reformasi Dikorupsi Bersama Peramu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In