Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Hoax, Sebuah Analisa Psikologis

SeluangID by SeluangID
25 Mei 2019
in Amatan & Opini
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Ilustrasi. Sumber gambar : gesuri.id
  • Artikel Husni Mubarok
  • Kemajuan teknologi informatika dan arus penyebaran informasi yang sangat cepat membuat masyarakat sering melupakan apa arti kata “berpikir dua kali”.

    Ingin selalu dianggap aktual/ up to date dalam pergaulan sosial cenderung mengorbankan hal yang sangat berharga, yakni kebenaran informasi.

    Hal ini diperburuk dengan meningkatnya sensitivitas suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) membuat banyak orang cenderung mencari konfirmasi ketimbang informasi.

    Ketika mereka menerima informasi yang tidak disukai, mereka akan lebih tertarik ke sumber-sumber lain yang sesuai keinginan.

    Sementara, pihak atau sumber berita lain yang tidak sesuai dengan keinginan, mereka sebut salah atau berbohong.

    Inilah akar mindset informasi hoax (berita bohong/ menipu) memperoleh ceruk pasarnya.

    Tom Nichols dalam bukunya The Death of Expertise mengatakan, saat ini masyarakat kita memiliki masalah bias konfirmasi, yakni kencenderungan alami untuk hanya menerima bukti yang mendukung hal yang sudah kita percayai.

    Kita memiliki pengalaman pribadi, prasangka, ketakutan, bahkan fobia yang membuat kita enggan menerima nasihat para pakar.

    Lebih lanjut Tom menegaskan, internet bukan hanya tempat penyimpanan pengetahuan yang mengagumkan, melainkan juga sumber sekaligus pendorong tersebarnya berbagai kesalahan informasi.

    Sebut saja penolakan penayangan film karya sutradara kawakan Garin Nugroho yang berjudul “Kucumbu Tubuh Indahku” di Pontianak dan beberapa daerah lain seperti Kubu Raya, Kota Padang, Garut dan Depok.

    Tidak semua orang yang setuju melakukan penolakan bisa menceritakan detail isi cerita film atau pernah menonton film dengan durasi yang utuh. Hanya berdasarkan trailer/ cuplikan dianggap cukup untuk menyimpulkan.

    Sehingga sikap penolakan cenderung kekurangan data yang detail mengenai isi dan pesan yang disampaikan oleh film tersebut.

    Dalam iklim demokrasi fenomena pro dan kontra adalah hal yang sah dan wajar. Namun pemaparan argumentasi berdasarkan data yang terperinci sangat diperlukan.

    Hal ini untuk menjaga bahwa sikap keputusan diambil secara rasional dan bukan emosional, apalagi sekedar ikut-ikutan. Sehingga muncul sikap bertanggungjawab dan saling menghormati untuk menjaga iklim demokrasi yang positif.

    Karakter berita dan informasi yang mendominasi saat ini cenderung mendistorsi pandangan orang-orang tentang dunia karena adanya hama mental yang oleh psikolog Amos Tvesky dan Daniel Kahneman disebut sebagai Heuristik Ketersediaan atau Availability Heuristic.

    Orang yang terjangkit hama mental ini memperkirakan probabilitas suatu peristiwa atau frekuensi suatu hal berdasarkan kemudahan yang muncul dalam pikiran.

    Ini menyebabkan simplifikasi atau penyederhanaan serampangan, orang dengan mudah menjustifikasi dan menyimpulkan berdasarkan pengetahuan yang terbatas atau kurang.

    Internet bukan hanya membuat kita lebih bodoh, tapi juga lebih kejam saat seseorang berada di balik papan ketik komputer atau smartphone.

    Dalam media sosial dan aplikasi percakapan daring/ chating kita sering mendapati orang berdebat dan bukan berdiskusi, menghina dan bukan mendengar. Sebagian konflik di wilayah publik adalah keributan yang diperkuat oleh internet dan media sosial.

    Internet mengumpulkan factoid (pernyataan palsu yang disajikan sebagai fakta atau berita rujukan) dan gagasan setengah matang, lalu menyebarkan (sharing) semua informasi dan pikiran buruk ke seluruh dunia teknologi.

    Fenomena di atas menimbulkan masalah besar, yakni permusuhan pada metode berpikir ilmiah dan pengetahuan yang sudah mapan. Kemudahan akses internet membuat semua orang merasa menjadi pakar dan ahli dalam semua bidang.

    Mereka hanya butuh terhubung internet lalu membuka mesin pencari (Google, Bing, Yahoo) menuliskan satu atau dua kata kunci dan pertanyaan pada kolom pencarian. Algoritma canggih mesin pencari akan menghubungkan ke halaman-halaman yang relevan dengan kata kunci.

    Padahal tidak semua yang tertulis di halaman-halaman internet tersebut adalah informasi yang benar dan terverifikasi sebagai sumber yang bisa dipertanggunngjawabkan.

    Perlu pengetahuan dasar mengenai metode verifikasi informasi, apakah halaman portal berita online atau halaman web dan blog pribadi berasal dari sumber informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Perlu memilah dan memilih halaman media berita online di internet dengan teliti.

    Apakah perusahaan media tersebut terdaftar di Dewan Pers sebagai lembaga yang mengawasi tingkah laku pers berdasarkan Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

    Apakah perusahaan media tersebut memilik alamat kantor dan keredaksian yang jelas. Kita perlu membaca berita lebih dari satu sumber informasi baik cetak (koran, majalah) atau elektronik (poral berita online, televisi, radio) untuk membandingkan berita tersebut dengan sumber lain yang memiliki sudut pandang berbeda.

    Semakin banyak perbandingan akan memperkaya sudut padang dan pengayaan sumber referensi pengetahuan mengenai isu yang ingin kita ketahui.

    Media sosial (Facebook, Instagram, Twitter) dan aplikasi percakapan daring/ chating (Whatsapp, Telegram, dsb) memperburuk situasi simpang siurnya kebenaran informasi.

    Melalui grup-grup chating beredar banyak informasi yang tidak jelas sumbernya namun tersebar luas dan terkadang langsung ditelan mentah-mentah sebagai rujukan informasi yang benar.

    Cuplikan video pendek tidak lengkap yang sengaja dipotong-potong, meme (kutipan bergambar), pesan berantai dengan bertuliskan nama tokoh publik (agamawan, pejabat publik, politisi, praktisi profesional, dsb) seolah sudah mencukupi sebagai validasi kebenaran.

    Fenomena ini mewarnai pesta demokrasi Pemilu 2019, berita hoax, kampanye hitam, ujuran kebencian beredar dan tersebar luas tanpa kenal batas tingkat pendidikan maupun ekonomi.

    Mengutip tulisan seorang Profesor Psikologi Harvard Steven Pinker dalam bukunya yang berjudul “Enlightment Now”; Hal-hal buruk dapat terjadi dengan cepat, tetapi hal-hal yang baik tidak dibangun dalam sehari.

    Internet berhasil mengubah perilaku manusia dengan cepat. Penting untuk mempunyai pengetahuan dasar menggunakan internet secara bijak guna memperoleh manfaatnya yang luar biasa.

    Namun butuh waktu lebih lama untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan daripada mempelajari cara menggunaannya.

    Kunci utama memperoleh kebaikan dan terhindar dari kerusakan akibat internet adalah litertasi (membaca dan menulis). Pendidikan menjadi sarana penting untuk mengembangkan literasi, karena meningatkan minat dan perilaku membaca masyarakat tidak bisa ditawar lagi.

    Tulisan menarik lainnya

    Baca juga : Kenakalan Anak dan Penghayatan Maulid Nabi

    Baca juga : Memasyarakatkan Kembali Narapidana

    Baca juga : Darurat Korupsi, Akan Sampai Kapan?

    Husni Mubarok, Petugas BAPAS Kelas II Pontianak, Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    SeluangID

    SeluangID

    Related Posts

    Refleksi di Ujung 2020: Pandemi, Politik dan Budaya Tropis

    by SeluangID
    7 Januari 2021
    0

    Petani di Kasepuhan Karang tengah merawat padi dari ancaman hama di akhir tahun. Foto: Dony P. Herwanto Penulis :...

    Ecocide dan Tatanan Hidup Baru

    by SeluangID
    7 Juni 2020
    0

    Sumber Foto : ekuatorial.com Penulis : Ani Muklisatun Munawaroh Di tengah krisis COVID-19 yang sedang berkembang, ada beberapa negara yang...

    Keselamatan Rakyat, Negara Harus Hadir

    by SeluangID
    29 Mei 2020
    0

    Mural bergambar manusia bermasker menjadi pesan sosial di jalanan. Sumber: detik.com Penulis : Eko Cahyono Kini semakin sadar dan...

    Next Post
    Record Store Day Bogor 2019. Gelaran ketiga yang tetap memancing minat. Foto : @adityaerawan_

    Merayakan Rilisan di Pasar Rekam

    Benny Arnas saat di Paris.  Foto : dokumentasi pribadi

    Ethile, Maafkan Saya

    Bung Karno pun pernah dipenjara di Sukamiskin. Sumber foto: manado.tribunnews.com

    Penjara tidak Mengubah Seorang Sukarno

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikoleksi wartawan B.M Diah. Sumber foto: Wikipedia

      Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Kami Mengukur Curah Hujan untuk Menanam

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Banjir di Jantung Kalimantan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Saya Tidak Panik. Saya Mengisolasi 14 Hari

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In