
Jejak Perempuan, begitu nama salah satu kelompok perempuan di Dusun Mungkik Desa Pandan Wangi.
Mereka fokus di bidang pendidikan, sosial dan kesetaraan gender, mereka mengajar anak-anak yang ditinggal orangtuanya merantau, anak-anak yang tak memiliki biaya, anak-anak terlantar, dan anak-anak broken home.
Mereka menjadi guru, teman, dan keluarga bagi anak-anak didiknya, tanpa upah, tanpa gaji, dan tanpa tunjangan.
Jumlah anak yang dididik di Paud Anak Pekerja Migran (APM) ini berjumlah sekitar 48 anak yang 50%-nya adalah anak-anak yang ditinggal merantau oleh orangtua mereka.
Mereka ditinggal bekerja ke Malaysia, Saudi, Brunei, Hongkong, dan sejumlah negara lainnya.
Paud Anak Pekerja Migran (APM) diinisiasi oleh relawan SANTAI (Yayasan Tunas Alam Indonesia), Dusun Mungkik, Desa Pandan wangi.
Di Dusun Mungkik, atau mungkin di beberapa tempat masih memandang anak pekerja migran sebagai orang-orang terbuang.
Hal itu bisa kita lihat dari bagaimana panggilan yang kerap dilontarkan pada mereka dengan sebutan anak sawit, anak onta, anak oleh-oleh.
Anak oleh-oleh maksudnya, si ibu yang sedari awal berniat menjadi tenaga kerja ke luar negeri, di sana, di tempat kerjanya, ia diperkosa, atau bisa jadi melakukan hubungan gelap dengan pacarnya, lalu mengandung.
Si laki-laki tidak mau bertanggungjawab, setelahnya, si perempuan menanggung semuanya.
Setelah si anak lahir, si ibu membawanya pulang, jadilah beberapa masyarakat menamainya anak oleh-oleh.
Stigma semacam ini masih kerap kita temui, dan kadang diam-diam kita juga ikut mengamininya.
Syukurnya ada empat perempuan tangguh yang tak kenal menyerah yang terus berjuang mendampingi anak-anak Paud APM ini, Sri Hastuti Asmi Wahyuni, Linda Widya Mayanti, Wirnaniati dan Heni Widyawati.
Tak jarang mereka mendapat gunjingan dari sejumlah masyarakat di wilayahnya.
PAUD ini juga sudah beberapa kali pindah lokasi, karena keterbatasan, mereka kerap meminjam di ruang kelas sekolah-sekolah SD, di rumah warga, dan terakhir sekarang di rumah salah seorang kepala Dusun.
Saya percaya, di bawah bimbingan Jejak Perempuan, yang dinakhodai oleh beberapa perempuan-perempuan hebat ini akan menjadikan anak-anak APM ini mendapat ilmu pengetahuan yang setara dengan Paud-paud di luar sana, bahkan lebih.
Karena sedari awal mereka sudah diajarkan bagaimana menjadi orang mandiri, orang yang tidak bergantung terhadap kehidupan orang lain.
Bertanggungjawab atas apa yang sudah ditakdirkan dalam diri, dan juga pengajaran-pengajaran lainnya.
Semoga kita tidak hanya pandai mengata-ngatai, tapi juga pandai mengambil peran.
Anak-anak tidak pernah meminta atau memilih dilahirkan dari rahim siapa.
[Sumber tulisan bisa mengunjungi beranda Facebook Hasan Gauk]
[Penulis adalah warga Jerowaru Kab. Lombok Timur dan pemerhati literasi NTB]
Discussion about this post