Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Kafka dan Tepuk Tangan Anjing

SeluangID by SeluangID
17 November 2017
in Review
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Seseorang pasti telah memfitnah Josef K, sebab pada suatu pagi ia ditangkap tanpa pernah melakukan kejahatan.

  • Artikel Shinta Maharani

Kalimat pembuka Proses, judul novel yang ditulis Franz Kafka tahun 1914 sama ‘gilanya’ dengan pengantarnya di Metamorfosis. Gregor Samsa pada suatu pagi terbangun dari mimpi buruknya, didapati dirinya di ranjang sudah berubah menjadi kecoa raksasa.

Proses atau The Trial memang tak semonumental Metamorfosis. Tapi, cukup menggangu pikiran. Ya, Kafka menyenggol akal sehat seperti yang dia gambarkan dalam novelnya. Josef K, tokoh dalam karyanya sangat ngeyel. Di apartemen yang ia sewa dari perempuan tua (Frau Grubach), K tiba-tiba didatangi dua lelaki berpakain hitam. K dipaksa untuk menjadi penjahat di kamarnya. Dia mengolok dua petugas rendahan itu sebagai orang yang cocok bertamasya. Baju mereka dilengkapi lipatan,saku,ikatan kancing, dan ikat pinggang.

Menyedihkan sekali K. Seorang petugas yang mengawasinya melahap sarapannya. Apa bedanya petugas itu dengan pencuri.

K tidak terima dituduh berbuat jahat tanpa alasan yang jelas. Doi ngotot minta surat tugas resmi atas penyergapannya. Bahkan dia minta ketemu sama atasannya yang menyuruh mereka.

Eh atasan mereka kemudian datang mengacak-acak ruangan Fraulien Burstner, kamar tetangga satu apartemen dengan K. Fraulien Burstner, perempuan gebetannya K.

Si mandor petugas menginterogasi K di depan meja. Dia menyilangkang kaki di hadapan K. Menyebalkan bukan. Di rumah sewanya sendiri, K dihakimi dituduh macam-macam. Padahal, mereka yang menggerebek nggak bisa menjelaskan apa kesalahan K.

Tanpa tau kelakuan buruk apa yang K lakukan, ia dipaksa mengikuti serangkaian proses hukum panjang dan melelahkan. Untuk menuju ruang sidang pengadilan aja susahnya minta ampun. Dia mesti berkeliling mencari ruangannya di labirin-labirin. Kondisinya menyedihkan. Kotor dan sempit. K bahkan kesulitan bernapas.

Namanya aja K, si keras kepala. Dia bersikukuh dan ikuti semua proses pengadilan. Eh, dia melihat ulah bobrok petugas pengadilan dan hakim-hakim penuh nafsu buas. Mirip kan dengan yang situasi hakim-hakim korup di Indonesia. Kisahnya universal dan relevan sepanjang zaman.

Di pengadilan, K diteriaki dan disoraki orang-orang yang menontonya. Mereka itu sengaja dibayar untuk bertepuk tangan saat K di ruang pesakitan.

Setahun K berjibaku dengan riwehnya proses hukum. Repot sekali. Dia nggak ditahan di penjara. K boleh menjalani aktivitasnya sebagai pegawai bank.

Bisakah K menjalin kisah asmara selama menjalani proses hukum yang rumit? Ya tentu saja bisa. Dia terlibat percintaan dengan perempuan-perempuan kelas pekerja. Perempuan penjaga bar, tukang cuci hingga pelayan pengacara.

Pada malam sebelum K berulang tahun yang ke-31, saat itu menjelang pukul 9 malam, jalanan sudah sepi. Dua laki-laki mendatangi apartemennya. Mereka memakai mantel panjang, pucat, dan gemuk. Keduanya menggiring K, tentu saja mengapit K hingga dia kesulitan melawan.

Dalam situasi terdesak, K masih saja berkelakar. “Mereka ingin menyingkirkanku dengan cara murahan”,kata K. Dia berpaling dan bertanya kepada mereka. Di teater mana anda bermain?

Duo lelaki menuntun K ke permukaan bebatuan besar. Mereka merebahkan kepala K. Seorang dari mereka mengeluarkan sebilah pisau daging mengkilat, mengangkat ke arah cahaya untuk memastikan ketajamannya.

K benar-benar tak bisa menyelamatkan dirinya. Tak jauh dari tempat K ada rumah. Daun jendelanya terbuka dan tampak samar seseorang. Siapakah dia? Apakah dia orang yang ingin membantu? Apakah dia peduli?

Tangan seorang laki-laki mencengkeram leher K. Laki-laki lainnya menghujamkan pisau ke jantung K. Pandangan K kabur dan dia melihat mereka saat penghabisan. “Seperti seekor anjing”, seru K.

Kisah “Proses” seperti kisah yang dibikin menggantung oleh penulis eksentrik ini. Dia begitu rumit, muram, dan awut-awutan.

Kalau saja dia masih hidup dan berkesempatan bertemu, saya akan mengumpati dia sebagai sastrawan menyebalkan karena menikam otak. Sayang, dia pergi begitu cepat di usia 41. Kafka meninggal pada 3 Juni 1924.

Ia sastrawan dengan kisah-kisah gelap, kesepian, kecemasan, terkucil, dan terasing. Kafka, Yahudi asal Ceko yang suka menyendiri. Mati karena TBC. Ia berwasiat kepada sahabatnya agar karya-karyanya dibakar.

Jika esok pagi saya berubah menjadi lalat raksasa, maka aku ingin menemani Gregor Samsa yang berubah menjadi serangga jumbo.

Shinta Maharani, wartawan, penikmat seni dan pembaca buku setia. Tinggal di Jogja

SeluangID

SeluangID

Related Posts

Cara Orang Jawa Menikmati Hidup

by SeluangID
8 Februari 2021
0

Sumber foto : @klubgrathile Penulis : Fahmi Mubarok Berani Goblog pada Sabtu, 30 Januari 2021 mendiskusikan buku berjudul ngudud,...

Buku William Faulkner. Sumber: Facebook Shinta Maharani

Kemalangan Faulkner

by SeluangID
26 November 2019
0

Buku William Faulkner. Sumber: Facebook Shinta Maharani Artikel Shinta Maharani Seorang perempuan kesepian, sendiri bersama...

JFK, eksperimental pop bersaudara yang siap meluncur dengan album perdana. Foto : dok.JFK

Running Late, Karya Perdana Risakotta Bersaudara

by SeluangID
13 Oktober 2019
0

JFK, eksperimental pop bersaudara yang siap meluncur dengan album perdana. Foto : dok.JFK  Artikel : Anggitane...

Next Post

Buruh Jakarta, Beli Rumah Tapak atau Apartemen

SURAT KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAPAK IR. JOKO WIDODO

Saat diminta untuk menulis untuk Seluang.id, saya masih belum tahu artikel seperti apa yang sesuai dengan gaya mereka. Dony, yang memberikan titah tersebut menyarankan mengangkat tema tentang pengalaman saat saya naik gunung. Ah semakin bingung, karena saya ini bukan pendaki apalagi pecinta alam yang harusnya paham esensi dari naik gunung. Muncak saja baru dua kali, sisanya hanya bermain-main di hutan di kaki gunung dekat tempat tinggal saya. Foto : Rizza Hujan

Penikmat Alam dan Puisi Lord Byron

Discussion about this post

Story Populer

  • Naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikoleksi wartawan B.M Diah. Sumber foto: Wikipedia

    Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saya Tidak Panik. Saya Mengisolasi 14 Hari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Kami tak Ingin Lingkungan Ini Rusak,” kata Yanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ajip Rosidi: Membaca dan Menulis Tanpa Akhir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
# # #
SeluangID

Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

  • Amatan & Opini
  • Art
  • Catatan Redaksi
  • Kota Hujan
  • Landscape
  • Obituari
  • Our Story
  • Review

Follow Us

We’d like to hear from you!

Hubungi Kami di : [email protected]

Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

  • About Seluang
  • Beranda
  • Pedoman Media Siber

© 2021 Design by Seluang Institute

  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
No Result
View All Result

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In