Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Kemalangan Faulkner

SeluangID by SeluangID
26 November 2019
in Review
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Buku William Faulkner. Sumber: Facebook Shinta Maharani
  • Artikel Shinta Maharani

Seorang perempuan kesepian, sendiri bersama sisa harga diri, berusaha menyembunyikan kenyataan.

Keluarganya hanya bisa memberinya penderitaan, sebab dia belum merasa nyaman berbaring di dalam petinya sampai mereka membawanya pergi empat puluh mil jauhnya hanya demi menguburkannya.

Salah satu kutipan di bagian awal novel klasik “As I Lay Dying” karangan William Faulkner yang merangkum cerita. Karya Nobelis Sastra 1949 diterbitkan pertama kali pada 1930.

Novel setebal 358 halaman yang mengisahkan kehidupan keluarga Bundren. Mereka petani miskin pedesaan di daerah pinggiran Sungai Mississippi.

Keluarga Bundren punya lima anak. Sebelum meninggal, Addie Bundren, sang ibu berwasiat agar dimakamkan di tanah leluhurnya di Jefferson sejauh 40 mill dari tempat keluarga itu tinggal.

Anse, suami Addie meninggalkan tanah pertanian dan membawa anak-anaknya: Cash, Darl, Jewel, Dewey Dell dan Vardaman beserta jasad sang istri untuk mewujudkan keinginan terakhir istrinya.

Untuk mencapai tanah kelahiran sang ibu tidak mudah. Rintangan menghadang sepanjang perjalanan.

Mereka harus berkuda melewati sungai yang banjir. Cash jatuh dan terluka parah, mengalami peristiwa kebakaran, kekurangan uang, dan kelaparan.

Salah satu daya tarik Faulkner adalah kreativitas dia dalam mendongeng. Dia menggunakan 15 narator yang bermonolog. Faulkner membangun narasi cerita tak linier, melompat-lompat, dan melantur.

Saya berusaha memahami satu per satu karakter tokoh-tokohnya seperti yang diceritakan narator. Rupanya usaha saya gagal.

Mungkin memang perlu berkali-kali menikmati karya ini. Saya membuktikan betapa njelimetnya novel ini. Tak bisa mengidentifikasi mana tokoh protagonis dan antagonis.

Apa yang saya alami selama membaca karya ini terbukti. Dalam sebuah wawancara, Faulkner dalam novel ini menyebut baca karyaku empat kali.

Dia menjawab pewawancara yang bertanya ke dia tentang beberapa orang mengaku kesulitan untuk mengerti karya-karyanya. Bahkan setelah membaca karya Faulkner dua-tiga kali.

Buat saya, tokoh yang membekas dalam cerita itu adalah Cash. Dia membuat peti mati untuk Addie Bundren yang sekarat.

Addie mengawasi Cash yang sedang membuat peti mati agar tak bermalas-malasan lewat jendela. Cash seorang tukang kayu handal yang mampu membuat apa saja.

Dalam perjalanan menuju tanah kelahiran ibunya, Cash mengalami kecelakaan dan terluka parah.

Dalam keadaan yang sangat buruk itu, Cash tetap bertahan mengiringi ayah dan saudara-saudaranya untuk memenuhi keinginan mendiang ibunya.

Selain jalan ceritanya, saya menikmati lanskap alam yang Faulkner ceritakan. Perkebunan kapas, jalan setapak, perbukitan, mata air sungai Mississippi, jerami, dan rumah-rumah petani.

Sepanjang hidupnya, Faulkner mengalami kegagalan demi kegagalan. Bahkan ia menyebut dirinya sebagai penyair gagal.

Sewaktu bocah, ia pernah dikeluarkan dari sekolahnya karena ia kerap melamun di kelas dan selalu menjawab pertanyaan sederhana dari gurunya : “Saya tidak tahu,”.

Ia pernah ditinggalkan pacarnya karena lebih mapan. Faulkner ditolak saat melamar ke Angkatan Udara Amerika Serikat karena fisiknya.

Dia punya tubuh kecil dan pendek sehingga tak lolos. Di kampus University of Mississippi ia keluar setelah tahun pertama. Nilai Bahasa Inggrisnya buruk.

Faulkner pernah bekerja di pembangkit listrik University of Mississippi sebagai penyerok batu bara dalam tungku sepanjang malam ketika para mahasiswa sedang tidur nyenyak.

Dia menggunakan waktu istirahatnya antara pukul sebelas malam hingga empat pagi untuk menulis naskahnya di atas gerobak beroda satu yang dibalik.

As I Lay Dying terinspirasi dari satu baris Odyssey. Itu karya epik ciptaan filsuf dan sastrawan Yunani Kuno yang buta, Homer.

Berkisah tentang Raja Agamemnon yang telah meninggal dan bertemu dengan Odiseus di kedalaman neraka.

As I Lay Dying telah diadaptasi dalam film berjudul sama dengan sutradara James Franco. Dia sekaligus berperan menjadi Darl dalam film itu.

Faulkner meninggal pada 6 Juli 1962 tak lama setelah terjatuh karena menunggang kuda kesayangannya.

Dia sangat menyukai kudanya itu. Suatu hari isterinya melihat kuda kesayangan Faulkner berdiri di tepian pagar tanpa Faulkner, dengan pelana masih terpasang dan tali kekang yang menjuntai.

Kuda itu melemparkan tubuh Faulkner dan punggungnya menghantam tanah sekeras-kerasnya.

[Sumber tulisan berasal dari Facebook Shinta Maharani]

Shinta Maharani, wartawan, penikmat seni dan pembaca buku yang setia. Peresensi amatir. Tinggal di Jogja

SeluangID

SeluangID

Related Posts

Cara Orang Jawa Menikmati Hidup

by SeluangID
8 Februari 2021
0

Sumber foto : @klubgrathile Penulis : Fahmi Mubarok Berani Goblog pada Sabtu, 30 Januari 2021 mendiskusikan buku berjudul ngudud,...

JFK, eksperimental pop bersaudara yang siap meluncur dengan album perdana. Foto : dok.JFK

Running Late, Karya Perdana Risakotta Bersaudara

by SeluangID
13 Oktober 2019
0

JFK, eksperimental pop bersaudara yang siap meluncur dengan album perdana. Foto : dok.JFK  Artikel : Anggitane...

Salah satu adegan dalam film Joker. Sumber foto: www.jawapos.com

Joker dan Anarkisme

by SeluangID
5 Oktober 2019
0

Salah satu adegan dalam film Joker. Sumber foto: www.jawapos.com Artikel Shinta Maharani Gelap dan mengusik,...

Next Post
Pembangunan Ringroad di pesisir Teluk Yo. Sumber foto : papuawoman.blogspot.com

Menyoal Rencana Zonasi Pesisir Papua

Sahar Habib Ghazi, narasumber dari Media Maters for Democracy-Pakistan (depan) saat sesi diskusi “Telling Stories Like a Humanitarian: Challenges and Opportunities in The Digital Age – 2019 Asia Media Conference,  Selasa (27/11) di Swiss Bell Hotel Watu Jimbar, Bali.  Foto: ICRC

Berbagi Cerita tanpa Rasa Takut

Peta prakiraan cuaca ekstrim yang terjadi pada 1 -7 Januari 2020. Sumber : BMKG

Cuaca Ekstrim Hujan Lebat Pasca Banjir Jakarta

Discussion about this post

Story Populer

  • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

    Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cara Orang Jawa Menikmati Hidup

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Banjir di Jantung Kalimantan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kami Mengukur Curah Hujan untuk Menanam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
# # #
SeluangID

Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

  • Amatan & Opini
  • Art
  • Catatan Redaksi
  • Kota Hujan
  • Landscape
  • Obituari
  • Our Story
  • Review

Follow Us

We’d like to hear from you!

Hubungi Kami di : [email protected]

Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

  • About Seluang
  • Beranda
  • Pedoman Media Siber

© 2021 Design by Seluang Institute

  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
No Result
View All Result

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In