Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Komplotan Perampok Bernama Tentara Sukarno Sejati

SeluangID by SeluangID
17 Desember 2018
in Our Story
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Ilustrasi. Sumber: narakata.com
  • Artikel Hasan Aspahani

Ada masa ketika ada sebagian para penjahat di negeri ini menyebut dirinya sebagai tentara. Ada masa ketika para perampok punya semangat heroik dan kesadaran politik yang tinggi, sehingga mereka mengaitkan gerombolannya dengan nama Sukarno. Kala itu, sepertinya, batas antara tindakan kriminal dan aksi heroik mungkin setipis lembar kantong plastik.

Soal itu, mari kita baca berita dari Kantor Berita Antara yang disiarkan kembali oleh Harian Rakyat, 8 Oktober 1952. Berita biasa, ada di halaman dalam. Isinya tentang sekawanan perampok beraksi di Serdang Hulu, Sumatera Utara. Iring-iringan mobil Jawatan Pekerjaan Umum ditahan di sekitar Tiga Johar, Serdang Hulu.

Perampok menyuruh para penumpang jongkok dan kemudian melucuti mereka. Uang gaji pegawai jawatan PU sejumlah Rp17.000 yang mereka bawa dan barang-barang lain dirampas.

Korban melapor ke polisi. Dari para pelapor inilah diketahui perampok berjumlah delapan orang dan mereka menyebut kelompok mereka sebagai “Tentara Sukarno Sejati”.

Baca juga: Maju tak Gentar dan Peluru yang Menembus Paha

Dua dari kawanan perampok bersenjata pistol. Polisi menduga kawanan yang sama yang merampok mobil Jawatan Pekerjaan Umum di sekitar Pancurbatu, yang terjadi beberapa hari sebelumnya, yakni 30 September 1952. Terkait perampokan itu, polisi menahan seorang pegawai Jawatan PU, karena dicurigai menjadi informan para perampok tersebut.

Siapakah para perampok itu? “Mereka adalah orang-orang yng melarikan diri dari penjara Binjai beberapa waktu lalu,” kata polisi.

Sukarno pada masanya adalah pemimpin yang mempesona dan menginspirasi rakyat. Sukarno adalah nama yang dijadikan pembenar, melegitimasi tindakan kriminal.

Kemungkinan besar, para perampok yang menamakan diri “Tentara Sejati Sukarno” itu adalah bekas anggota laskar rakyat. Karena itu mereka punya senjata. Sejak program Restrukturisasi dan Rasionalisasi Hatta, 1948, jumlah laskar dikurangi. Ratusan ribu tak tertampung dan dengan marah mereka lalu merampok, karena tak banyak yang bisa dilakukan.

Baca juga: Yang Terjadi Setelah Hatta Mundur

Atau menamakan gerombolan mereka dengan nama Sukarno adalah sebentuk protes? Tahun 1952, Republik baru berusia tujuh tahun. Perang revolusi baru berakhir dengan pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tahun 1949. Artinya baru 3 tahun berlalu, di mana para laskar itu punya alasan untuk tetap pegang senjata.

Dulu mereka sedang berjuang. Musuhnya jelas: Belanda yang ingin kembali menguasai Republik. Tapi belanda tak ada lagi dan senjata yang dulu mungkin direbut dari Jepang masih ada di tangan kita. Dan kita Itu alasan dan situasi yang bagus untuk merampok.

Negara muda ini harus belajar menegakkan disiplin hukumnya sendiri. Yang merampok, tentu saja ditangkap, dan masuk penjara. Tapi kabar tentang penjara yang bobol juga ada di mana-mana. Yang membobol penjara itu umumnya juga sama: para perampok bersenjata.

Baca juga: Tan Malaka dan Kolonel Tan Malaka

***

Di Surabaya lain lagi ceritanya. H.R. Mohammad Mangoen Diprodjo menuliskan kisah perjuangannya dalam buku “Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan”.

Lelaki kelahiran Sragen, 1905 itu, ikut bertempur di Surabaya pada 30 Oktober 1945-an kemudian juga pada 10 November 1945, peristiwa yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Pada buku yang diterbitkan oleh Legiun Veteran RI itu mantan perwira PETA itu mengisahkan tentang darimana dana perjuangan didapat.

“Sebelum tentara sekutu memasuki kota, kami beserta beberapa kawan telah dapat mengambil alih alias merampas uang tunai sebesar 100 juta rupiah dari Escompto Bank di Jembatan Merah, Surabaya,” ungkapnya.

Uang itu kemudian dititipkan di rumah seorang haji di Porong di tepi sungai Brantas. “Dengan uang tersebut kami dapat mempunyai pertempuran-pertempuran di dalam kota, malah yang 35 juta masih dapat dipergunakan oleh Pemerintah Pusat waktu hijrah dari Jakarta ke Yogyakarta,” kenang Mangoen Diprodjo.

Mangoen Diprodjo jugalah yang berdua dengan Bung Tomo berunding dengan komandan pasukan Jepang di tangsi Don Bosco, Surabaya. Tujuan perundingan: Jepang harus serahkan senjata mereka dengan sukarela, kalau tidak barisan rakyat akan menyerbu dan merampasnya. Perundingan pukul 3 dinihari itu berhasil. Dengan senjata itulah para pejuang Surabaya melawan sekutu.

Baca juga: Pertemuan Kecil Sukarno, Hatta dan Sjahrir

[Penulis adalah mantan wartawan. Kini bermukim di Jakarta. Giat menulis puisi dan sedang mendalami penulisan naskah film. Tukang gambar yang rajin berkeliling Jakarta]

Artikel “Komplotan Perampok Bernama Tentara Sukarno Sejati” merupakan konten kolaborasi dengan narakata.com, konten serupa bisa dilihat di sini

SeluangID

SeluangID

Related Posts

Catatan dari Lokasi Banjir di Pamanukan

by SeluangID
11 Februari 2021
0

Banjir di Pamanukan. Foto: Bayu Gawtama / Sekolah Relawan Penulis : Bayu Gawtama Ini memang harus dituliskan agar masyarakat...

Chanee Kalaweit dan Kisah Pelestarian Satwa Liar

by SeluangID
22 Januari 2021
0

Chanee Kalaweit mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian Owa. Sumber Foto : greeners.co Penulis : Linda Christanty Andaikata saya kembali ke...

Kado 2021 Jokowi untuk Masyarakat Adat

by SeluangID
9 Januari 2021
0

Acara penyerahan SK Pengelolaan Hutan Adat, Perhutanan Sosial dan TORA di Istana Negara, Kamis, 7 Januari 2021. Foto: BPMI...

Next Post
Para petugas dari Misool Baseftin dan Kelompok Kerja Restorasi Ekosistem Terumbu Karang dan Konservasi Penyu desa Birawan kecamatan Ilebura kabupaten Flores Timur sedang melakukan pengecekan terumbu karang yang ditransplantasi. Foto : Misool Baseftin/Mongabay Indonesia.

Kisah Konservasi Laut Desa Birawan

Salah satu lokasi tambang batubara di Kalimantan. Foto: ist JATAM

Korupsi Politik di Pusaran Bisnis Batubara

Seminar tentang penggunaan DNA sebagai upaya strategis konservasi satwa liar. Foto: ist

Teknologi DNA, Strategi Konservasi Satwa Liar

Discussion about this post

Story Populer

  • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

    Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Kami tak Ingin Lingkungan Ini Rusak,” kata Yanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Banjir di Jantung Kalimantan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Pidato Prof. Soepomo di BPUPKI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
# # #
SeluangID

Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

  • Amatan & Opini
  • Art
  • Catatan Redaksi
  • Kota Hujan
  • Landscape
  • Obituari
  • Our Story
  • Review

Follow Us

We’d like to hear from you!

Hubungi Kami di : [email protected]

Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

  • About Seluang
  • Beranda
  • Pedoman Media Siber

© 2021 Design by Seluang Institute

  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
No Result
View All Result

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In