
Di antara malam membahana, saya sedang berada tepat di jalur Bogor ke arah barat.
Berusaha menyisipi kepekatan penat dengan hingar-bingar ala Jamaican.
Kebetulan alam tampil dengan kebaikannya, menepikan hujan pada hajatan malam jahanam dengan sajian ska dan turunannya di Pujasera Chatos, Jl. Mayjen Ishak Djuarsa No. 166 Loji, Bogor Barat, Kota Bogor.
Acara komunitas – belum lama ini – sukses menjadi nadi penyambung mood setelah seharian berkutat dengan aktivitas padat.
Baca juga : “This Time”, Pereda Kobaran Kesekian dari Mery Celeste
Adalah MRR, akronim dari kolektif Matahari Rudeska Rainytown yang sedang merayakan satu dekade cum halal bi halal di arena setempat.
Skena Jamaican Sound yang tumbuh dan berkembang dari pelataran depan toko fashion bernama Matahari, persis seberang Taman Topi.
Perayaan yang menandai kegigihan skena yang bertahan melewati gempuran masa bahkan budaya.
Salah satu skena kota yang mewarnai perkembangan minat musik ska, rocksteady, reggae hingga 2 tone.
Begitulah, sejak mendengar upaya tenaga penggeraknya untuk bertahan saja sudah memunculkan rasa segan.
Kini dengan riang mereka tetap bersuka meski kabar pembatalan acara sempat mendera.
Pemindahan lokasi di tempat kedua merupakan pilihan setelah opsi pertama batal sepihak.
Gotong-royong band-band yang tergabung berikut simpatisan tak menyurutkan langkah.
Maka, nama Bom Bom Car, Brother John, Petani Singkong, Mr. John, The Partikelir, D’Gits, Overheat, Cotton Candy, Khaladien dan Baby Boom terjadwal tampil meramaikan.
Acara sederhana yang terbukti mampu menarik massa yang tak hanya bersua dalam genggaman silaturahim, namun bersuka dengan musik yang tak putus menggelinding sejak awal dibuka hingga pungkasan acara.
Ramai, sedikit sempoyongan, namun tetap terkendali.
Baca juga : Deep Sea dari Kedalaman Rasa Mery Celeste
Paling tidak, itu yang saya saksikan saat Bom Bom Car tempil menutup rangkaian acara.
Ska punk yang mereka suguhkan tak memberi kesempatan massa menepi dan mengosongkan arena sejenak.
Semua tetap padat dan merapat. Bahkan sepanjang penampilan pada venue tanpa sekat itu, semua band yang tampil seperti berbagi microphone dengan massa yang hadir.
Acara musik daulat komunitas memang senantiasa menyampaikan keriuhan berbeda dengan konser musik pada umumnya.
Kesederhanaan bukan ukuran, tapi bagaimana kemasan yang dibuat mampu mendekatkan segenap keluarga komunitas yang ada.
Barangkali itu esensinya. Selamat satu dekade MRR.
[penulis adalah petani serabutan dan berdagang di @tanigadungan]
Artikel “Laju Ska Satu Dekade “Matahari Rudeska Rainytown”” merupakan konten kolaborasi dengan HujanMusik!. Konten serupa bisa dilihat di sini
Discussion about this post