Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Menekan Hantu Kedaulatan Pangan

SeluangID by SeluangID
17 Oktober 2018
in Landscape
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Nissa Wargadipura dan anak didik di Pesantren Ath-Thaariq. Foto : FB Nissa Wargadipura
  • Artikel Anggitane

“Anak ketiga saya dilahirkan dengan cara yang sulit, berdarah-darah. Saat melahirkan Ceuceu, sulit sekali, dia akhirnya harus sebulan tinggal di rumah sakit setelah dilahirkan. Dokter bilang dinding rahim saya menebal sehingga tidak mudah proses bukaan mulut rahim, dari pertama, ke bukaan kedua dan seterusnya”, cerita Nissa Wargadipura – pimpinan pesantren Ath-Thaariq dalam suatu diskusi publik bertema Revolusi Meja Makan di Pesantren Ath-Thaariq, Garut, Jawa Barat, Juli 2017 silam.

Nissa meyakini penebalan rahim yang ia alami saat itu ada hubungannya dengan makanan yang dia konsumsi. Sebagaimana kebanyakan masyarakat kita, utamanya di perkotaan, makanan yang dimasuk kedalam tubuh tak banyak yang kita ketahui asal usulnya. Kebanyakan makanan dalam bentuk instan yang tinggal beli dan makan. Kebanyakan mengandung beras, terigu dan minyak sawit serta bahan kimia pabrik.

Tak ada yang salah dengan beras kecuali ia tumbuh subur oleh pupuk kimia dan siraman pestisida. Demikian halnya dengan minuman anak-anak yang lebih kaya warna-warni pewarna dan pengawet kimia, dibandingkan air putih biasa. Aneka bahan makanan yang digoreng dengan minyak sawit yang tumbuhnya ditopang pupuk dan pestisida kimia.

Tak mau mengulang apa yang terjadi dengan tubuhnya, Nissa lantas bergerak dan berupaya kembali kepada dunia pangan yang organik. Sedikit menepi dari hiruk-pikuk aktivisme gerakan tani, lantas aktif mengasuh santri-santrinya di Pesantren Ekologi At-thariq Garut Jawa Barat. Ia sendiri lebih sering mempopulerkan pesantrennya dengan sebutan Pesantren Kebon Sawah.

Pada lokasi sebidang tanah yang luasnya tak kurang dari 1 hektar itu, pesantrennya mampu menghidupi 20 lebih anggota keluarga dan satri. Tak ada rahasia yang rumit, Nissa hanya menjalankan praktek kedaulatan pangan ala keluarga. Menyediakan pangan lokal dengan cara bertanam mulai dari padi, sayuran, buah, dan umbi-umbian. Menghias pekarangan dengan aneka tanaman herbal, serta beternak ikan dan kambing di sekitar pesantren.

Berbagai kebutuhan pangan itu dapat diperoleh dalam beberapa langkah dari dalam rumah. Setiap anggota keluarga dapat menikmati kelimpahan pangan bersama-sama.

“Ditanam sendiri, dipelihara sendiri, dipanen sendiri, diolah dan dimakan sendiri. Hanya dari tanah yang hidup semua menjadi berkah. Hidup mampu berkecukupan, bukan materi yang dicari tapi kepuasan yang didapat”, tulisnya dalam unggahan status media sosial.

Kelebihan pangan yang tidak dikonsumsi mereka olah dan kemas untuk dijual dalam bentuk teh herbal, aneka bibit tanaman dalam bentuk biji hingga pangan dalam bentuk bubuk.

Sebuah konsep kedaulan pangan yang sederhana, murah dan mudah. Selanjutnya aksi sederhana ini disebutnya sebagai Revolusi Meja Makan.

Sebuah upaya serius yang perlu dilakukan setiap rumah tangga untuk menggalakan gerakan hidup sehat dimulai dari meja makan keluarga.

***

Kedaulatan pangan merupakan salah satu program prioritas pemerintah saat ini. Setidaknya ini tercantum dalam Nawa Cita agenda ke-7, yaitu “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”.

Kedaulatan pangan dicerminkan oleh kekuatan untuk mengatur masalah pangan secara mandiri, perlu didukung melalui Ketahanan pangan, terutama kemampuan mencukupi pangan dari produksi dalam negeri. Pengaturan kebijakan pangan yang dirumuskan dan ditentukan oleh bangsa sendiri dan mampu melindungi dan mensejahterakan pelaku utama pangan, terutama petani dan nelayan.

 

Tiap tahun pada 16 Oktober dunia mengenangnya sebagai hari pangan. Bahkan 18 – 20 Oktober di Kalimantan Selatan digelar puncak peringatan hari pangan Sedunia (HPS) ke-38. Indonesia sebagai negara agraris merasa perlu memanfaatkannya sebagai momentum strategis menuju lumbung pangan dunia pada 2045.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri mengatakan kepada Kompas.com, peringatan HPS tahun ini diharapkan dapat menjadi momentum strategis memperkenalkan pembangunan sektor pertanian kepada dunia. Utamanya, keberhasilan Indonesia memanfaatkan potensi lahan tidur seperti lahan rawa lebak menjadi lahan pertanian produktif yang sangat berpotensi sebagai penyedia stok pangan nasional.

“Ini momentum yang sangat strategis untuk memperkenalkan pembangunan pertanian Indonesia, untuk itu diperlukan perencanaan publikasi dan sosialisasi yang masif,” kata Kuntoro Boga dalam pernyataan tertulis.

Sebuah niatan yang patut disambut positif, meski dedera berbagai keraguan. Mulai dari lahan yang kian berkurang, jumlah petani menipis hingga masalah-masalah lain seperti penerapan teknologi pertanian.

Toh Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah menyiapkan rencana kerja kementeriannya, bahwa pada 2019 nanti akan dilaksanakan serangkaian program yang bertajuk Pengembangan Infrastruktur dan Korporasi Petani untuk Percepatan Peningkatan Produksi dan Ekspor Pangan, serta Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin.

Program yang dalam operasionalnya diterjemahkan menjadi produksi  dan  perbanyakan  benih melalui pengembangan  nursery/kebun  benih/bibit. Peningkatan  penyediaan  air  melalui perbaikan jaringan irigasi dan pembangunan embung, long storage, dam parit. Modernisasi pertanian melalui peningkatan bantuan alsintan. Pengembangan komoditas strategis padi, jagung, kedelai, gula, daging sapi/kerbau, cabai, dan bawang merah. Percepatan peningkatan bawang putih dan pengembangan komoditas substitusi impor Penyediaan serta perbanyakan indukan sapi dan UPSUS SIWAB (upaya khusus sapi indukan wajib bunting).

Mentan Amran pada Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR RI dengan Kementerian Pertanian, di Gedung DPR RI Rabu (10/9/2018). Foto : KATADATA

Mentan Amran juga menargetkan pencetakan sawah di wilayah perbatasan dan daerah pengembangan baru dan optimasi lahan kering dan lahan rawa. Peningkatan pendidikan dan pelatihan vokasional. Pengembangan lumbung pangan berorientasi ekspor di daerah perbatasan.Terakhir program pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani miskin di perdesaan.

“Beberapa kegiatan utama di atas di antaranya diarahkan untuk pencapaian produksi komoditas strategis,” papar Mentan Amran, sebagaimana dikutip katadata.co.id

Target komoditas strategis yang dimaksud adalah  padi 84 juta ton, jagung 33 juta ton, kedelai 2,8 juta ton, bawang merah 1,41 juta ton.  Sedangkan  cabai ditargetkan akan berproduksi 2,29 juta ton, daging sapi 0,75 juta ton, gula 3,8 juta ton.

Pelaksanaan kegiatan utama dan pencapaian target produksi disebut Amran didasarkan pada pagu anggaran 2019 sebesar Rp 21,69 triliun, yang tersebar di 11 titik mulai dari Sekretariat Jenderal, Sejumlah Direktorat Jenderal serta beberapa Badan.

Target dengan angka-angka diatas tentu bukan sembarang angka. Ada perhitungan yang telah dilakukan. Perhitungan yang pastinya sudah memperhatikan statistik BPS yang mencatat jumlah petani menyusut sebanyak lima juta rumah tangga petani pada 2013. Usia petani pun sudah menua, sebanyak 60,8 persen berusia diatas 45 tahun dengan pendidikan hanya tingkat SD, dan kapasitas menerapkan teknologi baru yang rendah.

Sementara proses regenerasi berjalan sangat lambat terutama pada sektor tanaman pangan. Riset KRKP juga menunjukkan kenyataan hanya 54 persen anak petani di Tegal, Kediri, Karawang, dan Bogor (yang menjadi responden) yang mau meneruskan apa yang dikerjakan orang tuanya, dan 46 persen sisanya dengan tegas menolak.

Kenyataan yang menunjukkan bahwa generasi muda saat ini tak menempatkan sektor pertanian sebagai pilihan, mereka lebih memilih bekerja pada sektor industri.

Kenyataan yang menunjukkan adanya hantu kedaulatan pangan dari sektor pertanian, dan itu perlu kita lawan.

Salam kedaulatan pangan

Ditulis dan diolah dari artikel konde.co, katadata.co.id, kompas.com dan tirto.id.

Anggitane, cyclist, citizen journalist dan pemulung sampah Ciliwung di Bogor. Menulis musik aktif untuk hujanmusik.id.

SeluangID

SeluangID

Related Posts

637.624 Hektare Kawasan Mangrove Kritis

by SeluangID
12 Februari 2021
0

Salah satu hutan mangrove di pesisir utara Cirebon. Foto : Dony P. Herwanto (2019) Penulis : Dony P. Herwanto...

Kondisi banjir di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada awal Februari 2020.
Foto: Donny Iqbal/Mongabay

Dan Kita yang Lambat Tangani Banjir

by SeluangID
24 Februari 2020
0

Kondisi banjir di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada awal Februari 2020. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Penulis : Donny...

Ilustrasi. Masyarakat Kasepuhan Karang, Kabupaten Lebak, Banten dengan latar bangunan rumah adat berbahan kayu dan beratap injuk. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

Mitigasi Bencana di Kampung Cikondang

by SeluangID
27 Januari 2020
0

Ilustrasi. Masyarakat Kasepuhan Karang, Kabupaten Lebak, Banten dengan latar bangunan rumah adat berbahan kayu dan beratap injuk. Foto :...

Next Post

Menjaga Percik Api Kanaga

Sagu baru selesai digiling. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

Umera, Kampung Sagu di Pulau Gebe

Dhira Bongs dalam salah satu penampilan mini konser di Jepang, September 2017. Foto : dhirabongs.com

‘Jangan Tumbuh’, Laju Ekplorasi Seorang Dhira

Discussion about this post

Story Populer

  • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

    Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Banjir di Jantung Kalimantan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni Tradisi dan Adaptasi Semasa Pandemi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Amirah Telah Pergi Selamanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membincang Hegemoni dalam Reformasi Dikorupsi Bersama Peramu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
# # #
SeluangID

Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

  • Amatan & Opini
  • Art
  • Catatan Redaksi
  • Kota Hujan
  • Landscape
  • Obituari
  • Our Story
  • Review

Follow Us

We’d like to hear from you!

Hubungi Kami di : [email protected]

Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

  • About Seluang
  • Beranda
  • Pedoman Media Siber

© 2021 Design by Seluang Institute

  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
No Result
View All Result

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In