Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Menengok Waturaka, Sebuah Desa Ekowisata

SeluangID by SeluangID
3 September 2019
in Landscape
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Sanggar seni Mutulo’o di desa Waturaka kecamatan Kelimutu kabupaten Ende yang sering pentas seiring berkembangnya ekowisata di desa tersebut. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia
  • Artikel Ebed De Rosary
  • Nama Waturaka di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende kian populer di kalangan wisatawan yang berkunjung ke danau Kelimutu. Desa yang berada persis di samping jalan raya utama menuju danau Kelimutu merupakan salah satu desa ekowisata terbaik di Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Hampir setiap hari wisatawan lokal dan mancanegara hilir mudik di desa ini. Wisatawan betah menginap di 20 home stay Desa Waturaka.

    “Wisatawan bisa ikut memasak dan melakukan aktifitas bersama pemilik rumah dan warga sekitar. Kita seperti sedang berada di rumah sendiri saja,” kata Taufik Koban, wisatawan lokal yang pernah menginap di Waturaka kepada Mongabay Indonesia, Rabu (28/8/2019).

    Apa yang membuat desa Waturaka ramai dikunjungi wisatawan?

    Selain home stay berstandar pariwisata, desa ini diberi penghargaan desa ekowisata terbaik oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

    “Kami mendapat penghargaan sebagai desa wisata alam terbaik tahun 2017. Ini sebuah pencapaian yang luar biasa,” kata Ignasius Leta Odja, pelopor dan penggerak desa ekowisata Waturaka saat dihubungi Mongabay Indonesia, Rabu (28/8/2019).

    Baca juga : Perjuangan Warga Dapatkan Lahan di Hutan Lindung Egon Ilimedo

    Dianggap Gila

    Berawal tahun 2011, Sius –sapaan akrab Ignatius Leta Odja— melihat desanya berpotensi menjadi desa ekowisata untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung ke danau tri warna Kelimutu. Selama ini wisatawan hanya menginap di Desa Konara, kecamatan Kelimutu.

    Berbekal pengetahuan ala kadarnya, Sius bergerak sendiri memungut sampah dan membuka jalur ke tempat wisata seperti air terjun Murukeba dan air panas Kolorongo.

    “Saya dianggap orang gila oleh orang kampung tapi saya tetap bekerja sendiri. Tekad saya ingin menjadikan desa saya sebagai desa ekowisata,” katanya.

    Petani teladan nasional tahun 2015 ini pun mulai merasa tidak sendirian saat LSM Swiss Contact datang dan melakukan pendampingan di desanya tahun 2012.

    Berbagai hal dilakukan, seperti pemahaman, pembenahan dan pelatihan bagi warga, termasuk mulai dibangunnya home stay.

    “Saya menggerakkan warga menanam sayuran dan buah-buahan. Tak disangka lama-lama warga pun ikut menanam. Kami juga dirikan home stay dan sanggar musik,” ungkapnya.

    Kini setiap home stay berpenghasilan antara Rp2 juta hingga Rp5 juta sebulan. Anak-anak muda pun mulai jadi petani sayur dan buah-buahan. Sanggar musik dan tari mulai hidup dan memberi penghasilan per orang hingga Rp2 juta sebulan.

    Baca juga : Mengubah Nasib di Ili Wengot

    “Saat ini kami sudah membangun kerjasama dengan sebuah travel agent di Bali dimana tahun lalu ada 10 trip dan tahun ini 19 trip. Wisatawannya kebanyakan dari Denmark dan negara Eropa,” terang Sius.

    “Selama bulan Maret sampai November desa kami ramai dikunjungi wisatawan. Kalau rombongan dari luar negeri bisa mencapai 10 sampai 20 orang. Sementara setiap hari berkisar antara 2 sampai 5 orang menginap disini,” tuturnya.

    Sedangkan paket wisata yang ditawarkan selama dua hari yaitu melihat budaya dan tarian adat sanggat Mutulo’o dan Nuwa Nai, bertani, berwisata ke air terjun Murukeba dan mandi air panas Kolorongo, serta ke Danau Kelimutu.

    “Tahun 2017 Swiss Contact tidak mendampingi kami lagi karena dinilai sudah bisa berdiri sendiri,” ungkapnya.

    Sebagai seorang difabel, Sius merasa senang dan bangga berhasil mewujudkan cita-citanya menjadikan Waturaka desa ekowisata yang meningkatkan perekonomian warga.

    Baca juga : Kisah Para Pencari Sampah Jaring Nelayan

    Transformasi Budaya

    Prestasi yang dicapai desa ekowisata Waturaka pun menuai pujian dari Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat saat acara Pati Ka di danau Kelimutu, Rabu (14/8/2019).

    Viktor mengapresiasi warga desa ini yang berubah dari petani tradisional menjadi petani agrowisata sehingga mendapat pemasukan dari wisata.

    “Di Waturaka terjadi sebuah tranformasi budaya yang sangat luar biasa. Dari petani tradisional menjadi petani pariwisata,” pujinya.

    Itu menjadi bukti keberhasilan wisata berbasis komunitas (community based tourism) meski awalnya Desa Waturaka hanya sebagai desa penyangga destinasi wisata Danau Kelimutu. “Desa ini menjadi salah satu pusat penelitian dalam transformasi budaya di dunia,” ungkapnya.

    Keberhasilan itu, lanjut Viktor, bisa menjadi pemicu desa lainnya di NTT. Dia mengharapkan warga mampu menyediakan makanan dan minuman khas bagi wisatawan harus berasal dari desa setempat, seperti teh daun kelor dan gula aren.

    “Kita akan kirim orang belajar di Waturaka, lalu kembali dan diterapkan. Belajar desa pariwisata hanya ke Waturaka,” tegasnya.

    Peran Sentral Masyarakat

    Kepala Balai Taman Nasional Kelimutu Persada Agussetia Sitepu kepada Mongabay Indonesia pun mengakui keunggulan desa Waturaka dan menempatkannya sebagai desa rujukan untuk menginap dan menikmati ekowisata.

    Dengan konsep wisata berbasis komunitas, wisatawan datang, makan, dan tidur menjadi bagian keseharian masyarakat desa Waturaka.

    “Ekowisata itu kan alamnya lestari, masyarakatnya berdaya dan pengunjungnya tercerahkan atau teredukasi. Untuk itu peran masyarakat sangat penting,” tegas Agus.

    Baca juga : Mangrove yang Tidak Pernah Mengkhianati

    Sementara penggagas Detusoko Ecotourism Ferdinandus Watu kepada Mongabay Indonesia menegaskan pariwisata berbasis masyarakat ideal untuk pengembangan pariwisata di Flores dan NTT karena budaya dan ikatan sosial masih kuat. Sehingga masyarakat menjadi subyek utama pariwisata.

    “Masyarakat sendiri yang merencanakan, mengidentifikasi dan mengelola potensi wisata desanya. Pemerintah berperan menyiapkan regulasi. LSM dan lembaga lain mendukung peningkatan kapasitas,” tegasnya.

    Menurut Ferdinandus, ada 3 hal yang harus dipersiapkan yakni atraksi, aksebilitas serta amenitas. Perlu adanya organisasi yang berperan di desa baik BUMDEs maupun Kelompok Sadar Wisata. Perlu dikembangkan desa-desa wisata seperti di Manggarai ada Waerebo, di Ngada ada Bena dan di Ende ada Waturaka.

    “Memang butuh waktu lama untuk membangun pondasi yang kokoh. Di Waturaka sendiri, kami butuh waktu empat tahun untuk bisa eksis ekowisatanya,” tutupnya.

    [penulis adalah kontributor Mongabay Indonesia di Flores Timur]

    Artikel “Menengok Waturaka, Sebuah Desa Ekowisata” merupakan konten kolaborasi dengan Mongabay Indonesia. Konten serupa bisa dilihat di sini

    SeluangID

    SeluangID

    Related Posts

    637.624 Hektare Kawasan Mangrove Kritis

    by SeluangID
    12 Februari 2021
    0

    Salah satu hutan mangrove di pesisir utara Cirebon. Foto : Dony P. Herwanto (2019) Penulis : Dony P. Herwanto...

    Kondisi banjir di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada awal Februari 2020.
Foto: Donny Iqbal/Mongabay

    Dan Kita yang Lambat Tangani Banjir

    by SeluangID
    24 Februari 2020
    0

    Kondisi banjir di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada awal Februari 2020. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Penulis : Donny...

    Ilustrasi. Masyarakat Kasepuhan Karang, Kabupaten Lebak, Banten dengan latar bangunan rumah adat berbahan kayu dan beratap injuk. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

    Mitigasi Bencana di Kampung Cikondang

    by SeluangID
    27 Januari 2020
    0

    Ilustrasi. Masyarakat Kasepuhan Karang, Kabupaten Lebak, Banten dengan latar bangunan rumah adat berbahan kayu dan beratap injuk. Foto :...

    Next Post
    Sudirman dengan alat tangkap krotonya di seberang Istana Bogor. Foto: Ahmad Yunus

    Sudirman, Si Jenderal Kroto

    Lau Pun Nioh (kiri) bersama suaminya, Aceng di bale-bale rumahnya, Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Foto: Dony P. Herwanto

    Lau Pun Nioh tak Melawan

    Sagu, pangan olahan dari lingkungan sekitar. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

    Bangun Huntara Mandiri dan Hidup dari Pangan Lokal

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

      Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Banjir di Jantung Kalimantan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni Tradisi dan Adaptasi Semasa Pandemi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Amirah Telah Pergi Selamanya

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Membincang Hegemoni dalam Reformasi Dikorupsi Bersama Peramu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In