Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Meniti Jalan Pulang Senin Malam

Kotahujan News & Story by Kotahujan News & Story
21 April 2019
in Kota Hujan
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Pusakata, proyek solo Mohammad Istiqamah Djamad setelah mundur dari band lamanya. Foto : @agungllyn
  •  Artikel : Ambara Handy
  • Dering smartphone memecah keheningan lamunan saya hari itu, segera saya mengangkatnya begitu mengetahui dengan siapa saya akan terhubung.

    Di ujung genggaman terdengar suara khas Titan Parama Arta, tokoh pergerakan musik Bogor yang juga pengelola toko Eternal di Jalan Padi nomor 9, Baranangsiang.

    Singkat dan padat, ajakan tampil membuka rangkaian Prolog Tour Vol.1 yang dijalankan Pusakata pantang ditolak. Senin itu, 15 April 2019, bersama kolektif Ambarila, saya putuskan tampil mewarnai jejak Pusakata yang tengah “Meniti Jalan Pulang” itu.

    Hujan deras mengawali kisah Senin kami di Eternal. Bersama Ambarila, kami tengah bersiap tampil dengan dukungan gitaris M. Rivan Alviansyah dan dara pencerita Charissa Nuraini.

    Senang sekaligus bangga adalah rangkaian kalimat klise yang hinggap dalam sanubari kami. Kesempatan manalagi yang kamu dustakan.

    Kesempatan bagus untuk menunjukkan kepada segenap peminat tampilan Mohammad Istiqamah Djamad atau yang bernama panggung Pusakata, bahwa di Bogor tidak pernah kehabisan musisi yang tak kalah bagus.

    Waktu menunjukkan pukul 19.30 wib ketika saya mengeluarkan nada pertama ukelele, menemani suara biduan Rila Kristanti, mengimbangi petikan Rivan dan mengisi ruang nada berceritanya Charissa.

    Pandangan saya tertuju penuh pada kolega panggung saat itu, namun pintasan mata menangkap kepadatan massa yang memenuhi venue toko Eternal hingga ke parkiran.

    Ada 5 lagu yang kami bawakan malam itu, modal pengantar suasana malam yang intim, romantis dan sendu. Akhirnya saya menemukan kata yang tepat buat pendengar musik kami, “parasendu”.

    Baca juga : “Yang Muda Melawan Lupa” dalam Bentuk Konser

    Seturun kami dari pusat perhatian, giliran Svamistry meneruskan konsentrasi panggung. Tampilan vokalis Prisi Ismartiani bersama bassis Adhitya Pratama seperti mengembalikan keceriaan dengan konsep musik yang berbau RnB dan Soul itu.

    Konsep tampilan duo dengan Bass dan vocal yang dibantu oleh sequencer. Musiknya terasa begitu padu, terasa kuat untuk pasangan suami istri yang berpengalaman mendukung banyak musisi ini.

    Suatu saat HujanMusik! harus menulis artikel tentang proyek musik Prisi dan Adhitya yang juga bassist The Panganans, band yang kerap mengiringi Pusakata manggung.

    Babak berikutnya, Pusakata menjadi pusat segalanya. Dengan tenang, musisi yang mengawali karir dari pojokan kantin kampus UI ini menyapa penantinya. Penonton setianya.

    Sekelebat, saya sempat membayangkan dia tampil bersama kolektif folk lamanya. Dan sebuah kejutan, malam itu ia tengah menjadi dirinya sendiri.

    Sejatinya, acara Senin malam itu adalah persembahan tur pembuka Pusakata yang diberi judul MENITI JALAN PULANG “Prolog Tour Vol.1”.

    Memperkenalkan single “Jalan Pulang” yang menjadi jembatan album perdana proyek solo Pusakata yang bertajuk “Dua Buku”.

    Saya tak paham dan tak menyimak tentang apa dan bagaimana “Jalan Pulang” tercipta, terlalu sibuk menikmati musiknya, apalagi malam itu Pusakata tampil dengan tunggangan Yamaha SLG 200n-nya. Fokus saya pun lebih banyak ke sana.

    Tapi jika dibolehkan sedikit menoleh ke belakang, beberapa waktu silam saat memutuskan hengkang dari band lamanya, Is pernah berujar dengan maksud ‘mengembalikan musik pada rumahnya’. Entahlah, barangkali itu ada hubungannya.

    “Jalan Pulang” dan “Kehabisan Kata” menjadi lagu wajib yang dibawakan. Setelahnya, Pusakata menyanyikan beberapa lagu lama saat ia bersama Payung Teduh, sajian penawar rindu yang didera para penantinya. Termasuk saya.

    Baca juga : Ambarila Tampilkan Musik Bercerita di Java Jazz 2019

    Meski terhitung durhaka, karena saya tak hafal lagu-lagunya. Bagi saya Pusakata adalah sosok yang rendah hati, mudah bergaul dan inspiratif. Saya sungguh terkesan dan sepertinya sulit untuk tidak mengidolakannya.

    Terimakasih Eternal, Pusakata dan Svamistry atas kesempatan dan pembelajarannya. Terimakasih juga HujanMusik! Yang berkenan mengajak saya menuliskan pengalaman bersama Pusakata. Sukses jaya untuk kalian semua.

    [Artikel dituliskan kembali oleh HujanMusik! berdasarkan penuturan kesaksian Ambara Handy, personil Ambarila dari lokasi acara]

    Artikel “Meniti Jalan Pulang Senin Malam” merupakan konten kolaborasi dengan HujanMusik!. Konten serupa bisa dilihat di sini

    Kotahujan News & Story

    Kotahujan News & Story

    Related Posts

    63 Persen Kekerasan Berbasis Gender Terjadi di Tengah Pandemi

    by Kotahujan News & Story
    10 Februari 2021
    0

    Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay Penulis : Dony P. Herwanto Konsultan Isu Gender, Tunggal Pawestri mengatakan,...

    Ini Cara Kita Memuliakan Penyintas Bencana

    by Kotahujan News & Story
    23 Januari 2021
    0

    Sejumlah perempuan tengah memilah pakaian untuk penyintas bencana. Sumber Foto : Facebook Bayu Gawtama | Sekolah Relawan Penulis :...

    Saling Bantu untuk Gempa Majene

    by Kotahujan News & Story
    16 Januari 2021
    0

    Suasana di salah satu tenda pengungsiang di Majene. Foto : Bayu Gawtama / Sekolah Relawan Penulis : Dony P....

    Next Post
    Undangan pertunjukan seni. Sumber: dokumentasi pribadi

    Malam Amal Para Perempuan di Bukittinggi

    Sumber foto : narakata.com

    Nakano Gakko, Maruzaki Yoshio, Yanagawa Motoshige

    Syamsuar yang telah 26 tahun berkiprah dalam konservasi hutan Leuser. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

    Kesungguhan Syamsuar Menjaga Leuser

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

      Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • “Kami tak Ingin Lingkungan Ini Rusak,” kata Yanto

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Cara Orang Jawa Menikmati Hidup

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Banjir di Jantung Kalimantan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Kami Mengukur Curah Hujan untuk Menanam

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In