
Penulis : Anggit Saranta
[Kotahujan – Bogor] Barisan ember warna merah marun itu nyaris memenuhi jalan komplek. Riak air terdengar jelas dari dalamnya. Gemericik sedu yang membangkitkan optimisme di tengah paparan pandemi.
Saat itu, Wali Kota Bogor, Bima Arya sedang bersama warga Perumahan Griya Melati RT 02 / RW 13, Bubulak, Bogor Barat. Semuanya terlihat sibuk. Roman cerah tergambar jelas saat panen Lele yang dikembangkan dengan teknik budidaya ikan dalam ember itu membuahkan hasil.
Itu dilakukan sebagai salah satu metode urban farming yang dikembangkan warga setempat di lahan terbuka.
Pandemi tak serta merta menutup kreasi warga Griya Melati di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.
Mereka memilih memperkuat pertahanan diri. Berkutat melewati paparan ekonomi, gotong royong memilin solidaritas dengan program Budi Daya Ikan Mandiri (BUDIMAN).
Panen Lele dan sayuran pada Rabu (16/9) lalu menjadi bukti bahwa urban farming benar-benar terjadi di kawasan ini.
Sorot mata Wali Kota Bogor, Bima Arya sesaat seolah mengendurkan senyum yang tertutup masker.
Pandangannya fokus pada ember dengan jaring yang tengah dipegangnya.
Tak perlu waktu lama, Bima langsung memamerkan lele hasil tangkapannya itu.
Sorak sorai warga yang menyaksikan menjadi alasan kebahagiaan Bima Arya, memaksakan hadir pada acara panen di tengah kesibukannya mengendalikan Covid-19.
Survei tentang Covid-19 di Kota Bogor membuatnya gusar. Catatan 90 persen warga Kota Bogor mengaku terpapar secara ekonomi, 40 persen putus kerja, 19 persen percaya bahwa Covid itu teori konspirasi buatan manusia.
Namun catatan bahwa sebagian besar warga Kota Bogor punya solidaritas sosial yang sangat kuat dan optimis akan berhasil memenangkan peperangan sedikit menenangkan. Menurutnya ini menjadi modal sosial yang luar biasa.
Bagi Bima, contoh yang dilihat di Griya Melati cukup untuk memupuk semangat. Bagaimana untuk menunjang ketahan pangan keluarga di tengah pandemi, warganya sangat guyub dan memiliki semangat gotong royong yang luar biasa.
“Kehadiran saya di sini ingin menyampaikan pesan pada semua, bahwa ini dahsyat. Ini luar biasa. Ini bisa jadi inspirasi untuk semuanya. Jujur saya kadang malu. Kadang warga lebih semangat daripada aparatnya. Tapi banyak juga yang camatnya oke, lurahnya oke, dinasnya juga oke. Warga perlu disupport kegiatannya luar biasa,” terang Bima, seperti ditulis oleh situs Pemkot Bogor.
Kegembiraan Bima berlanjut saat melihat langsung produk lokal warga setempat dari hasil urban farming. Tanpa ragu, bersama ketua RW 13 Fatchul Birri dan Ketua RT 02 Emil Rachman, Bima Arya menyentuh olahan lele dengan nama Lesgo (lele siap goreng), melihat P3K (pojok peduli pangan keluarga) yang dikelola sebagai paket yang kemudian bebas diambil warga. Konsep donasi sukarela dari warga untuk warga.
Konsep yang mereka gulirkan sejak PSBB berlaku masif, memanfaatkan lahan yang terbatas di perumahan.
“Gerakan ini sebetulnya bukan hanya sekedar memelihara lele, bercocok tanam kangkung tapi juga menumbuhkan rasa kebersamaan yang tumbuh antar sesama tetangga. Kita tahu, kawasan perumahan itu identik dengan individualis. Dengan adanya kegiatan ini warga saling tegur sapa dan saling memberikan kepedulian saat merawat urban farming ini. Ada interaksinya,” kata Ketua RT 02, Emil Rachman.
Keterangan yang seturut dengan paparan Walikota sebelumnya, bahwa tambahan ekonomi dari budidaya ini rasanya itu bukan segalanya. Utamanya adalah kebersamaan yang paling mahal. Kalau sudah bersama, sudah kompak, sudah solid enak ke depannya.
Artikel ini ditulis ulang dari situs Pemkot Bogor
Discussion about this post