Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Riset Asyik dan Residensi Impian

SeluangID by SeluangID
3 Mei 2019
in Our Story
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Benny Arnas di sebuah penginapan di Villach Austria. Foto: Benny Arnas
  • Artikel Benny Arnas
  • Ini adalah bagian tulisan yang sudah lama sekali ingin saya bagikan. Selain menjawab keingintahuan sebagian rekan tentang apa yang saya lakukan sebulan di Eropa, juga tentang pengalaman seru bertemu para responden terkait riset residensi-berjalan ini.

    Baca juga : Tidak ada “Kejutan” di Silence Apartment

    Pukul 11 siang saya pamit dari Silence Apartment dan Diana (atau Ethile?) telah mempersiapkan taksi yang akan membawa kami ke stasiun kereta jurusan Ljubljana.

    Di dalam kereta, saya memilih tempat duduk dalam ruang tertutup yang terbuat dari kaca. Di sana, sudah duduk seorang pemuda yang tekun membaca buku dengan earphone di telinga. Saya mengambil tempat duduk di seberangnya.

    “Benn, better you disturb the guy,” bisik Ethile seraya melirik pemuda itu.

    Saya sedang memikirkan “bisikan syetan” itu. Saya paham maksud Ethile, saya sebaiknya memanfaatkan kesempatan itu untuk riset saya.

    “Bukankah kamu tahu kalau kita ‘klik’ karena sama-sama suka sastra?” Ethile makin menjadi-jadi. Ia mengangkat koper saya dan menaruhnya di atas.

    Saya mengerutkan kening.

    “Dia sedang membaca Halfdolf Wolfgang lho,” Ethile masih merayu.

    “Siapa dia?” Saya ingin tahu juga akhirnya.

    “Wolfgang yang ini adalah penulis genre fantasi yang sedang happening di Austria-Jerman-Polandia.”

    Belum sempat saya menjawab, Ethile menepuk pundak pemuda di seberang meja kemudian mengarahkan telunjuknya pada saya, seakan-akan saya memiliki keperluan dengannya … dan itu urgen!—Damn, Ethile!”

    Pemuda di hadapan saya menutup buku dan melepaskan earphone-nya dan memandang ke arah saya dengan senyum manisnya, “What?”

    Saya bingung mau bicara apa.

    “What can I help?”

    Lalu saya pun mengutarakan maksud saya. Done! Ethile benar!

    Hari itu, dalam perjalanan ke Ljubljana, saya mendapatkan responden ke-8 dari 50 yang saya targetkan.

    Baca juga : Rasisme dan Teriakan “Allahu Akbar” di Stasiun

    Namanya Daniel. 24 tahun. Lahir di Hyline dan kuliah di jurusan Biologi University of Salzburg.

    Saya mulai masuk dari bahan bacaanya. Daniel penyuka genre fantasi tapi tidak terlalu menyukai buku yang dilabel sastra. Kami bicara lintas-topik. Pada orang yang baru dikenalnya, dapat dikatakan Daniel sangat ramah.

    Dia menyarankan saya untuk ke Danau Blake. “Visit Slovenia without enjoying Bled is useless, you know,” katanya sebelum meminta saya mengirimkan sebuah pdf buku saya yang ditulis (baca: diterjemahkan) dalam bahasa Inggris.

    Daniel bepergian sendiri ke Bled untuk menyusul seorang gadis yang sedang ia taksir. “I am sure that she’ll be mine these two days!” katanya lalu tertawa.

    “I pray, Daniel.”

    “No, Benn. Don’t worry me. I will fight myself.”

    Lalu kami tertawa lagi.

    Baca juga : Salah Kereta, Nyaris Membeku di Slezthal

    Dalam residensi lintas-negara kali ini, ide yang saya jual pada sponsor adalah meneliti bagaimana persepsi visual Barat (baca: Eropa) pada kata (teks) yang berbunyi: Pemandangan. Mudah sekali?! Ya gak papa. Tapi tentu bukan itu semata yang saya “jual”. Ah, keliling Eropa sebulan, duit dari mana eui!

    Saya ingat, ketika masih duduk di bangku SD, sebagian besar isi buku gambar saya dan kawan-kawan adalah skets dua buah gunung yang dibelah oleh jalan, kiri-kanan menghampar sawah, awan dan burung-burung berarak di langit dengan sebuah matahari yang dikelilingi garis jarum sebagai representasi hari yang cerah.

    Ini sendiri terjadi karena pelajaran menggambar dengan tema Pemandangan. Dan ternyata, hingga dewasa pun, sebagian besar juga masih menggambar pemandangan dengan komposisi yang sama. Ach!

    Maka, saya penasaran bagaimana—orang dewasa—Barat memvisualisasikan kata Pemandangan di atas buku gambar. Dan … sodara-sodara, hasilnya nyaris sama. Daniel hanya satu dari 10 orang yang menggambar dengan persepsi yang nyaris sama.

    Bedanya: mereka menggambar banyak gunung yang dibelah sebuah sungai besar, bukan sebuah jalan raya sebagaimana yang serinv kita gambar. Hamparan sawah mereka ganti dengan perkebunan cemara. Selebihnya—matahari, awan, beburung, dll. sama saja!

    Lalu untuk apa saya melakukannya. Nantikan saja karya pascaresidensi yang akan berakhir di Portugal ini.

    Baca juga : Traunkirchen, Lalu Kangen

    Kami tiba di Ljubljana tepat waktu, sekitar pukul dua siang. Daniel pamit dan berharap saya juga akan ke Bled dan bertemu di sana. Ia meninggalkan kontaknya di kertas gambarnya. “WhatsApp me when you are free,” ujarnya ramah sambil berlalu.

    Dan sampai hari ini saya belum mengirimnya pesan WhatsAppp padanya.

    [Sumber tulisan bisa dibaca di sini]

    [Penulis adalah Founder BennyInstitute. Tinggal di Lubuklinggau, Sumatera Selatan]

    SeluangID

    SeluangID

    Related Posts

    Catatan dari Lokasi Banjir di Pamanukan

    by SeluangID
    11 Februari 2021
    0

    Banjir di Pamanukan. Foto: Bayu Gawtama / Sekolah Relawan Penulis : Bayu Gawtama Ini memang harus dituliskan agar masyarakat...

    Chanee Kalaweit dan Kisah Pelestarian Satwa Liar

    by SeluangID
    22 Januari 2021
    0

    Chanee Kalaweit mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian Owa. Sumber Foto : greeners.co Penulis : Linda Christanty Andaikata saya kembali ke...

    Kado 2021 Jokowi untuk Masyarakat Adat

    by SeluangID
    9 Januari 2021
    0

    Acara penyerahan SK Pengelolaan Hutan Adat, Perhutanan Sosial dan TORA di Istana Negara, Kamis, 7 Januari 2021. Foto: BPMI...

    Next Post
    Menlu Retno di acara International Seminar on Digital Diplomacy (Sumber : Harian Ekonomi Neraca)

    Indonesia Gaungkan Digital Diplomacy

    Kraken, unit metal Bogor yang segera merilis album tahun ini. Foto : dok.Kraken

    Metal Kraken yang Mengencang

    Sapardi Djoko Damono. Foto: gramedia.com

    Sapardi, Setelah Duka-Mu Abadi

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

      Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Banjir di Jantung Kalimantan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • “Kami tak Ingin Lingkungan Ini Rusak,” kata Yanto

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Menanam Kebaikan, Tumbuh Kebaikan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In