Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Saya Tidak Panik. Saya Mengisolasi 14 Hari

SeluangID by SeluangID
30 Maret 2020
in Our Story
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
image by PIRO4D from Pixabay

Penulis : Dony P. Herwanto

“Sil, kemarin sempet kontek sama Pak Menhub?”

 “Terakhir ketemu Pak Menhub di Istana tanggal berapa? wawancara nggak?”

***

Saya tiba di kosan pukul 20.00 wib. Usai membuka pintu, meletakkan tas pada kasur yang spreinya berantakan, puluhan notifikasi masuk ke gawai saya. Kebanyakan menanyakan posisi dan mengabarkan bahwa Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi dinyatakan positif terjangkit Covid-19.

Saya mencoba tidak panik. Biasa saja. Saya tak bisa membalas semua pesan yang masuk ke gawai. Hanya beberapa saja yang sempat aku balas. “Aku dalam kondisi fit,” balasku ke sejumlah kawan.

Saya tinggal di kamar berukuran sekira 3×3,5 meter. Menempati kamar di lantai 3 dari total 4 lantai yang ada. Di Jakarta, ini hal biasa. Alasan keterbatasan lahan, menjadikan pengusaha kos-kosan beradu tinggi dengan pengusaha kos yang lain. Sudah lumrah.

Sudah setahun, saya tinggal di Jakarta. Tempatnya tidak begitu jauh dari kantor di kawasan Pantai Indah Kapuk. Di kamar sekecil itu, hanya ada kasur lantai berukuran single bed, meja rias kecil dan lemari kecil.

Semua saya atur sedemikian agar saya tetap memiliki ruang gerak yang cukup. Terkadang, saya kerap menghabiskan waktu dengan bersantai di balkon. Bercengkerama dengan beberapa teman kosan. Bagi saya, mengambil jeda itu perlu.

Selepas membalas pesan ke sejumlah rekan, ada sedikit kehebohan yang membuat saya khawatir dan merasa bahwa saya berbahaya buat lingkungan. Itu yang saya rasakan saat itu.

Tak butuh waktu lama. Saya putuskan untuk mengisolasi mandiri. Kamar ini saya jadikan tempat isolasi ternyaman. Saya mengambil jeda. Saya mengambil jarak. Saya sengaja ingin menghindari “gemuruh” yang datang, yang bisa mengganggu kejiwaan saya nantinya.

Dari ruang “isolasi” itu, banyak orang tiba-tiba menghubungi saya. Menanyakan kabar, riwayat perjalanan saat liputan. Bahkan ada yang tiba-tiba mengirim booklet informasi seputar Corona. Saya benar-benar deg-degan dan merasa takut sendiri.

Seberbahaya itukah saya?

***

Saya mengikuti perkembangan informasi Covid-19 sejak awal Februari 2020. Kebetulan, saya mendapatkan tugas untuk mengawal isu tersebut. Saya jurnalis di salah satu televisi swasta di Jakarta.

Saat itu, saat awal Februari 2020 itu, di Indonesia belum terdapat masyarakat maupun pasien yang berstatus positif Covid-19. Belum ada. Belum seperti saat ini.

Beruntung, saya mendapat penugasan di Istana. Informasi terkait Covid-19 langsung saya terima dari ring 1. Langsung dari otoritas yang berwenang.

Saat itu, Presiden Joko Widodo dan para Menteri Kabinet Indonesia Maju sibuk dengan dampak-dampak negatif Covid-19, mulai dari pelemahan ekonomi dunia, hingga upaya pemerintah terkait pemulangan WNI yang terjebak di Negara-negara terdampak Covid-19 dan ABK Indonesia yang berada di kapal asing yang hampir seluruh penumpangnya suspect Covid-19.

Hingga akhirnya, 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo secara langsung, dari Istana mengumumkan ada 2 WNI yang positif Covid-19. Usai pengumuman itu, Presiden meminta semua kementerian bekerja lebih keras. Jauh lebih keras dari biasanya.

Setiap hari, paska pengumuman 2 WNI yang positif Covid-19 itu, Presiden selalu menggelar rapat terbatas. Semua energi dan pikiran difokuskan untuk menanggulangi penyebaran virus mematikan ini.

Setiap hari juga, saya bertemu dengan Menteri Kesehatan, Menteri Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Luar Negeri dan Menteri Perhubungan. Menteri yang terakhir, yang dinyatakan positif Covid-19 kerap saya temui.

Perkembangan kepulangan sejumlah WNI pun kerap muncul dari statement Menteri Budi Karya Sumadi. Saya takjub dengan energinya.

Lalu lintas informasi terkait wabah corona ini pun semakin meningkat, seiring dibentuknya media center covid-19 di Kantor Kepresidenan, Jakarta. Itu yang membuat saya bekerja berkali-kali lipat untuk mengolah data dan verifikasi ke sejumlah menteri.

Di tengah kesibukan mencari berita, ada kabar yang mencengangkan, dan mengagetkan saya dan rekan-rekan jurnalis yang biasa berada di lingkungan Istana. Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi dinyatakan positif Covid-19. Menteri Sekretaris Negara, Pratikno sendiri yang mengumkan dari RSPAD Gatot Soebroto.

Sejak kabar itu diumumkan, sejumlah pemimpin redaksi media online, televisi, dan cetak yang selama ini menugaskan jurnalisnya di Istana, meminta dilakukannya tes kesehatan untuk mengetahui, apakah di antara kami ada yang terpapar virus corona.

Tak ada yang salah. Mengingat, intensitas kami yang kerap berada di dekat Menteri Budi Karya Sumadi. Wajar, jika pimpinan di kantor ingin mengetahui status kami.

Saya sendiri, masih bertemu dan mengikuti rapat terbatas yang dihadiri Menteri Budi pada 11 Maret 2020, atau 2 hari sebelum diumumkannya kabar tersebut.

Akhirnya, saya dan beberapa rekan media dinonaktifkan sementara waktu dari tugas redaksi dan fokus mengikuti tes kesehatan.

Sambil menunggu jadwal tes kesehatan, saya berinisiatif melakukan self isolated dengan tidak pergi kemanapun kecuali mendesak atau tidak bisa diwakilkan.

Saya juga menahan diri untuk tidak pulang ke rumah orangtua saya di Bogor.  Saya takut memiliki potensi dalam menularkan virus atau dinyatakan positif terjangkit virus corona.

Pada 17 Maret 2020, saya dan beberapa teman-teman Istana, mendapat jadwal tes di RSPI Sulianti Saroso yang menjadi salah satu rumah sakit rujukan.

Sesampainya di rumah sakit, saya melihat antrian yang cukup panjang, masih setengah delapan pagi namun saya sudah mendapat nomor antrian ke 38. Semoga beruntung.

Setelah mendapat nomor antrian, saya bersiap untuk tes kesehatan tahap pertama, screening. Bentuknya berupa diskusi atau konsultasi bersama seorang tenaga kesehatan.

Saya harus mengisi sebuah formulir dan menjawab beberapa pertanyaan terkait gejala atau keluhan kesehatan yang saya rasakan.

Saya juga telah melengkapi data pribadi dan kondisi fisik saya seperti berat badan, tensi darah dan suhu badan.

Dalam kesempatan tersebut saya juga dijelaskan kembali gejala maupun ciri-ciri orang yang terjangkit virus corona, untuk mengarahkan apakah memang saya memiliki gejala yang serupa atau tidak.

Dalam tes kesehatan ini, RSPI Sulianti Saroso melakukan tebang pilih bagi pasien yang akan dilayani.

Dalam tahap screening, jika ditemukan pasien yang memiliki keluhan atau gejala-gejala tertentu, pasien akan langsung di rujuk ke poli paru, sedangkan bagi pasien yang tidak memiliki gejala atau keluhan, akan melakukan medical check up, yaitu pengambilan sampel darah dan rontgen.

Karena saya tidak memiliki keluhan atau gejala sama sekali, akhirnya saya mengantri untuk diambil sample darah dan rontgen.

Setelah melakukan tiga tahapan tes kesehatan tersebut, saya diperbolehkan pulang dan mengambil hasilnya keesokan harinya.

Saya merogoh kocek sebesar Rp 275.000 untuk menebus hasil tes kesehatan di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta.

Setelah hasil tes kesehatan keluar, saya mendapat satu buah hasil foto thorax, satu lembar surat keterangan sehat atau tidak sehat, dan satu lembar kertas hasil tes darah.

Surat keterangan yang saya terima, menyatakan saya sehat dan hasil tes darah juga menunjukkan kondisi normal.

Dengan detil dan sangat jelas, dokter menjelaskan kembali bahwa dari hasil tes kesehatan tersebut tidak ditemukan gejala ataupun keluhan-keluhan yang mengarah kepada virus corona di dalam tubuh saya.

Namun yang perlu di garisbawahi, tes kesehatan ini tidak dapat menyatakan bahwa seseorang positif atau negatif corona, hanya pernyataan sehat dan tidak sehat atau menunjukkan hasil gejala yang mengarah kepada virus corona.

Akhirnya, dokter menyarankan saya untuk terus melakukan self monitoring 14 hari lamanya , dan menjelaskan jika di dalam 14 hari saya merasakan ada gejala, keluhan kesehatan , diharapkan saya langsung menghubungi call center dinas kasehatan.

Dokter tersebut juga menjelaskan jika memang saya mulai merasa sakit, saya tidak perlu lagi untuk pergi ke rumah sakit , karena akan ada tim dari dinas kesehatan yang nantinya langsung menjemput saya di lokasi saya tinggal.

Meski hasil tes kesehatan menyatakan saya sehat, saya masih harus merampungkan self isolated saya selama 14 hari, untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.

***

Selama isolasi, saya tak membiarkan imun di dalam tubuh saya droop. Saya harus terus sehat meski dalam “pengasingan”. Untuk memenuhi pasokan pangan, awalnya saya membeli buah, sayur mayur, dan herbal untuk persediaan 2-3 hari.

Itu sengaja saya lakukan, karena di pagi hari, saya kerap pergi ke warung atau pasar. Sekedar menggerakkan tubuh dan mencari sumber bahan pokok.

Untuk menjaga imun tubuh, saya mengonsumsi minuman herbal dan makan makanan dari olahan sendiri. Meski itu apa adanya.

Dengan teman-teman kosan, saya usahakan menjaga jarak. Alat makan dan masak kerap saya pisahin dari yang lain. Selain itu, saya juga pisahkan alat cuci piring. Saya sering memakai masker meski hanya keluar ke warung.

***

Begitu tahu saya harus mengisolasi diri selama 14 hari di Jakarta, kedua orangtua, terutama mama khawatir. Mama meminta saya untuk pulang ke Bogor. Tapi ketika saya jelaskan kondisi saya, Mama tenang. Bahkan, Mama yang pada akhirnya menenangkan dan menguatkan saya.

Kedua orangtua saya mendukung tindakan yang saya pilih. Mengisolasi mandiri, menjaga jarak dan mengambil jeda. Ini penting. Karena, virus ini hanya bisa dilawan dengan kita mengurangi kontak dengan orang lain, untuk sementara waktu.

Hingga tulisan ini selesai, saya sudah kembali bekerja. Masa isolasi 14 hari saya lalui dengan sempurna. Paling tidak, saya tidak ingin menjadi pembawa virus bagi lingkungan sosial saya.

: Ditulis ulang berdasarkan pengakuan dan sudah mendapatkan ijin dari pemilik cerita.

SeluangID

SeluangID

Related Posts

Catatan dari Lokasi Banjir di Pamanukan

by SeluangID
11 Februari 2021
0

Banjir di Pamanukan. Foto: Bayu Gawtama / Sekolah Relawan Penulis : Bayu Gawtama Ini memang harus dituliskan agar masyarakat...

Chanee Kalaweit dan Kisah Pelestarian Satwa Liar

by SeluangID
22 Januari 2021
0

Chanee Kalaweit mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian Owa. Sumber Foto : greeners.co Penulis : Linda Christanty Andaikata saya kembali ke...

Kado 2021 Jokowi untuk Masyarakat Adat

by SeluangID
9 Januari 2021
0

Acara penyerahan SK Pengelolaan Hutan Adat, Perhutanan Sosial dan TORA di Istana Negara, Kamis, 7 Januari 2021. Foto: BPMI...

Next Post

Social Distancing dari Kacamata Psikologi

Yang Lupa Diperbincangkan Saat Darurat Covid-19

Ini Pandemi, dan Kami tak Ingin Banyak Jatuh Korban

Discussion about this post

Story Populer

  • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

    Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cara Orang Jawa Menikmati Hidup

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Banjir di Jantung Kalimantan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kami Mengukur Curah Hujan untuk Menanam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
# # #
SeluangID

Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

  • Amatan & Opini
  • Art
  • Catatan Redaksi
  • Kota Hujan
  • Landscape
  • Obituari
  • Our Story
  • Review

Follow Us

We’d like to hear from you!

Hubungi Kami di : [email protected]

Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

  • About Seluang
  • Beranda
  • Pedoman Media Siber

© 2021 Design by Seluang Institute

  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
No Result
View All Result

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In