
Andina Nabilla Irvani atau yang akrab disapa Dina, kini usianya 29 tahun. Ia dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses berkat kreasi sepatu lukisnya.
Dina mengawali bisnis sepatu lukis itu bersama kakaknya, Nerissa Arfiani pada tahun 2008.
Kala itu, Dina masih semester I di Universitas Bina Nusantara, ide justru muncul dari sang kakak, Ica sapaan mesra Nerissa.
Ica yang tengah kuliah di Sekolah Bisnis Manajemen, Institut Teknologi Bandung mengajak adiknya untuk berbisnis.
Dina merasa tertarik, tapi yang terlintas bukanlah bisnis sepatu lukis. Ica lalu berfikir untuk mengkombinasikan antara bakat dan hobi yang mereka miliki. Ica yang hobi koleksi sepatu dan Dina yang hobi melukis.
Kemampuan Dina dalam melukis dan hobi Ica yang mengoleksi sepatu, mereka leburkan untuk membangun bisnis.
Dari situ muncullah ide sepatu lukis. Pada tahun pertama, penjualannya hanya mengandalkan promosi dari orang-orang terdekat.
Cara memperkenalkan produknya terbilang sederhana. Ica memakai sepatu lukis untuk pergi ke kampusnya. Beruntung, respon positif yang diterima.
Teman-temannya mulai tertarik untuk memesan.
Dua kakak-beradik itu memberi nama bisnis yang dijalaninya dengan sebutan Slight singkatan dari Spotlight.
Dina menganalogikan brandnya dengan seseorang yang ada di atas panggung, bila terkena lampu spotlight orang tersebut akan menjadi pusat perhatian.
Pun dengan sepatu lukis, ia ingin orang-orang yang memakai sepatunya menjadi pusat perhatian di lingkungan sekitarnya.
Untuk menjalankan bisnisnya, Dina tak segan terjun langsung melukis sepatu pesanan para pembeli.
Seiring meningkatnya jumlah pesanan, Dina pun merekrut orang-orang di sekitar untuk membantu jalannya produksi sepatu lukis.
Empat tahun setelah bisnisnya berjalan, omzet per bulan sudah mencapai puluhan juta rupiah.
Sebelum mencapai kemajuan itu beberapa kendalapun pernah dihadapi Dina. Seperti tenaga kerja dan ketersediaan bahan baku yang menjadi permasalahan utama.
Sepatu polos yang susah dicari membuat perempuan kelahiran 31 Juli itu memutuskan untuk memproduksi sepatu polos sendiri di home industry Bandung.
Meski Dina mengandalkan penjualan online, ia juga kerap membuka bazaar di acara-acara tertentu.
Ia yang pernah menyabet juara tiga kala mengikuti lomba wirausaha muda yang digelar Kemenpora, merasa beruntung menjadi salah satu anak binaan Kemenpora.
Pelajaran itu dijadikan Dina sebagai bekal untuk mengembangkan bisnis dan memperluas relasi.
Tahun 2014, Ica dan Dina melirik media lain seperti manik-manik dan brokat sebagai hiasan sepatu buatan mereka.
Mereka juga melakukan inovasi dari segi bahan dan membuka peluang untuk bekerjasama dengan pihak lain.
Salah satunya, mereka berkolaborasi dengan desainer busana Najua Yanti.
Perjumpaannya bermula saat ajang Jakarta Fashion Food Festival yang digelar pada 2014.
Busana Muslim yang ditampilkan Najua membuat mereka lebih berani untuk mengeksplorasi sepatu berbahan brokat dan manik-manik.
Untuk memaksimalkan potensi pasar, Dina dan Ica juga memproduksi sepatu pesta, tas pesta dan bros.
Bisnisnya kian pesat, website yang sebelumnya adalah sepatulukis.com sekarang tengah dilelang. Mereka membuat website sesuai brand yang mereka miliki yaitu slightshop.com.
Kini produk-produk Slight diserap pasar domestik dan mancanegara. Pembeli berasal dari berbagai wilayah di Tanah Air.
Penjualan lewat toko daring slightshop.com dan beberapa media sosial yang mereka miliki membuat merek slight semakin dikenal hingga luar negeri.
Sekitar 5 persen pembelinya berasal dari Malaysia, Thailand, Australia, dan Qatar.
[Profil bisnis sepatu lukis Dina dan Ica pernah tayang di salah satu stasiun televisi swasta dalam program Sosok dengan judul Melukis Masa Depan]
[Tulisan aslinya bisa dibaca di sini]
[WatchdoC adalah rumah produksi audio visual yang berdiri sejak 2009. Sejumlah karya berhasil memperoleh berbagai penghargaan. Didirikan oleh Dandhy D. Laksono dan Andhy Panca Kurniawan]
Discussion about this post