Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Siapkah Masyarakat Hidup di Wilayah Rawan Bencana?

SeluangID by SeluangID
5 Januari 2019
in Our Story
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Masyarakat Dusun Cimapag, Kampung Garehong, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tak pernah menduga bila bencana longsor akan menghantam permukiman mereka di ujung Desember 2018. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia
  • Artikel Donny Iqbal
  • Empat hari pasca-bencana longsor di Dusun Cimapag, Kampung Garehong, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, suasana kebatinan 67 korban masih berselimut duka. Mereka adalah korban selamat dari kejadian longsor yang menimbun 32 rumah berpenghuni 100 orang. Tim Search and Rescue (SAR) hingga Jumat malam (4/1/2018) telah menemukan 22 jenazah, sementara 11 warga belum ditemukan akibat bencana tersebut.

    Senin (31/12/2018) petang, adalah hari yang tak pernah bisa dilupakan Enih (55). Lelaki ini tidak menyangka, sesaat setelah pulang dari sawah, bencana akibat pergerakan tanah datang menghampiri.

    Rumah Enih rusak parah bagian belakang. Tempat tinggal puluhan tahun itu, hanya berjarak sekitar 300 meter dari Lereng Bukit Lebak Salak yang longsor.

    “Kejadiannya begitu cepat. Diawali gemuruh keras. Dalam hitungan detik, rumah saya sudah dikepung (material) longsor,” katanya, belum lama ini.

    Baca juga: Tegakkan Kepalamu Jum, Tegakkan

    Bencana longsor yang datang begitu cepat di Dusun Cimapag, Kampung Garehong, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

    Anak Enih, Sumar (35), merupakan korban selamat dari peristiwa mengenaskan itu. Dia berhasil membawa istrinya, Sumiati (20), dan anaknya, Sofi (7 bulan), lari keluar rumah saat mendengar gemuruh.

    “Kerasnya suara mendorong saya pergi. Yang saya pikirkan waktu itu, bagaimana caranya menyelamatkan keluarga,” tuturnya. Dia bercerita, sebelum longsor, kawasan tersebut sempat diguyur hujan intensitas kecil.

    Sumar yang berkerja sebagai juru tani memang sempat mengamati runtutan longsoran kecil yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Ada pergerakan tanah sekitar 2-3 jengkal di atas lereng bukit. Menurut dia, retakan-retakan tanah sudah lama diketahui warga juga.

    Namun, Sumar tidak menyangka sama sekali bila tanda – tanda itu bakal memicu longsor besar. Jikalau pun longsor, sebagian warga sudah mengira arahnya lebih ke barat daya, jauh dari permukiman.

    Baca juga: Ritual Adat Bayan Saat Bencana Menyapa

    Pencarian korban akibat bencana longsor terus dilakukan tim SAR. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

    Lahan di sekitar lereng memang digunakan untuk pertanian sawah. Padahal, lahan dengan kemiringan yang diduga lebih dari 30 derajat itu paling tepat dimanfaatkan untuk tanaman tegakan keras.

    “Tanah di lereng itu sering bergerak dan longsor. Tapi ini betul-betul diluar prediksi,” ungkapnya.

    Dihubungi terpisah, Ahli Geolog Terapan Institut Teknologi Bandung, Imam Sadisun menilai, kejadian pergerakan tanah atau longsor di Cisolok merupakan jenis longsoran yang dilanjutkan dengan aliran bahan rombakan. Material yang menggelincir dari bagian ke bawah lereng dinamakan debris flow. Sehingga, longsoran itu terjadi begitu cepat dan besar.

    Dia menjelesakan, karakter longsoran tergantung viskositas (kadar air dalam rombakan). Sehingga makin banyak kadar air dalam tanah dan kemiringan lereng, sangat mempengaruhi kecepatan. Secara umum sumber material longsoran berada di bagian atas, di tengah merupakan jalur aliran dan bawah adalah area terendapnya bahan rombakan.

    “Yang menarik, posisi permukiman dibatasi lembah. Longsoran yang terjadi seolah melompat. Lembah juga sebenarnya tidak aman dijadikan hunian karena gelinciran longsor mengikuti alur lembah ke areal yang relatif datar. Pada prinsipnya, longsoran membentuk lereng baru yang lebih stabil,” papar Imam.

    Baca juga: Mengenal Bencana Lombok Masa Lampau

    Cisolok merupakan salah satu wilayah prioritas penanganan bencana di Sukabumi. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

    Kewaspadaan

    Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Eka Widiaman, mengaku kesulitan memberikan pemahaman mitigasi bencana kepada masyarakat. Pasalnya, di Sukabumi ada 389 desa yang berada di daerah rawan bencana. Dalam satu tahun, pihaknya hanya mampu memberikan pemahaman untuk 10-20 desa.

    “Wilayah Cisolok salah satu daerah prioritas penanganan bencana. Sebab, di hulunya rawan longsor, sedangkan di hilir rawan tsunami dan gempa bumi,” katanya.

    Selain itu, dia menyebut lokasi longsor merupakan wilayah konservasi yang masuk Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Areal bencana ini juga merupakan wilayah adat Kasepuhan Sinar Resmi.

    Kepala Balai TNGHS, Awen Supranata membenarkan, wilayah tersebut masuk kawasan taman nasional. Dia menjelaskan, sesuai Permenhut No. P. 56/Menhut-II/2006 terdapat empat zona dalam taman nasional yaitu zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, dan zona lain yang mencakup zona tradisional; zona rehabilitasi; zona religi, budaya, sejarah; dan zona khusus. Untuk wilayah yang berbatasan dengan adat Kasepuhan dijadikan zona khusus.

    “Sebenarnya, zona khusus peruntukannya untuk memfasilitasi yang sudah telanjur. Lantaran, dulunya merupakan lahan Perum Perhutani, banyak masyarakat yang menggarap lahan,” ujarnya.

    Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, saat meninjau lokasi mengaku sedang menyiapkan master plan ketangguhan hidup dengan bencana. Hal itu dilakukan karena peran pemerintah dianggap penting untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang mitigasi bencana di wilayahnya.

    “Edukasi masyarakat bukan perkara mudah. Sekalipun ada anjuran zona merah, memindahkan masyarakat juga sulit. Sehingga, pilihannya adalah mendidik masyarakat agar peduli bencana,” jelasnya.

    Baca juga: Alun Sembalun Menyeka Air Mata

    Longsor yang melanda Dusun Cimapag, Kampung Garehong, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (31/12/2018). Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

    Menurut dia, wilayah di Jawa Barat memang rawan longsor. Sebab, berdasarkan 1.560 kejadian bencana alam 2018, 550 kejadian merupakan bencana longsor. “Sehingga, pengurangan risiko bencana harus menjadi atensi semua pihak.”

    Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei menambahkan, pihaknya telah meminta pemerintah daerah untuk mengkaji rencana relokasi korban longsor. “Hal itu dikarenakan lokasi dampak bencana tak mungkin dihuni kembali.”

    Berdasarkan data BNPB 2016, sebanyak 274 kabupaten/kota di Indonesia berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari pergerakan tanah. Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi gerakan tanah ini mencapai 40,9 juta jiwa.

    [penulis adalah kontributor Mongabay Indonesia di Bandung, Jawa Barat]

    Artikel “Siapkah Masyarakat Hidup di Wilayah Rawan Bencana?” merupakan konten kolaborasi dengan Mongabay Indonesia. Konten serupa bisa dilihat di sini

    SeluangID

    SeluangID

    Related Posts

    Catatan dari Lokasi Banjir di Pamanukan

    by SeluangID
    11 Februari 2021
    0

    Banjir di Pamanukan. Foto: Bayu Gawtama / Sekolah Relawan Penulis : Bayu Gawtama Ini memang harus dituliskan agar masyarakat...

    Chanee Kalaweit dan Kisah Pelestarian Satwa Liar

    by SeluangID
    22 Januari 2021
    0

    Chanee Kalaweit mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian Owa. Sumber Foto : greeners.co Penulis : Linda Christanty Andaikata saya kembali ke...

    Kado 2021 Jokowi untuk Masyarakat Adat

    by SeluangID
    9 Januari 2021
    0

    Acara penyerahan SK Pengelolaan Hutan Adat, Perhutanan Sosial dan TORA di Istana Negara, Kamis, 7 Januari 2021. Foto: BPMI...

    Next Post
    Enjoy The Ride, kolektif pop Cisarua yang baru-baru ini merilis single “Warna yang Hilang”, jembatan mini album pertama tahun ini. Foto : Enjoy The Ride

    Filosofi Perjalanan Sebuah Warna yang Hilang

    Soetan Sjahrir

    "Bilang Saja, Sjahrir Sedang Sinting" Kata Sjahrir

    Rose yang dikembalikan ke hutan di areal Taman Nasional Gunung Leuser. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

    Rose tak Lagi Hidup di Kandang Besi

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI oleh Sukarno di Pegangsaan. Sumber foto: Wikipedia

      Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Cara Orang Jawa Menikmati Hidup

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Banjir di Jantung Kalimantan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Kami Mengukur Curah Hujan untuk Menanam

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In