Seluang.id
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
  • Login
No Result
View All Result
  • Landscape
  • Our Story
  • Art
  • Amatan & Opini
SeluangID
  • KotaHujan
  • Editor’s Pick
  • Populer
  • About Seluang
No Result
View All Result
SeluangID
No Result
View All Result

Tidak ada “Kejutan” di Silence Apartment

SeluangID by SeluangID
30 April 2019
in Our Story
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Benny Arnas menikmati suasana Villach di pagi menjelang siang. Sumber Foto: dokumentasi pribadi
  • Artikel Benny Arnas
  • Bakda ashar waktu setempat, kereta yang akan membawa kami ke Villach tiba. Ya, ke Villach, bukan Ljubljana sebagaimana rencana semula. Keputusan ini harus kami ambil karena, kata Ethile, kami tak punya punya pilihan lain. “Kita menginap di Villach, esoknya baru lanjut ke Slovenia. Cuma 1,5 jam kereta kita akan ke Ljubljana.”

    “Baiklah,” jawab saya cepat. “Ambil saja bus siang ke Slovenia. Saya ingin menulis dulu di apartemen.”

    “Beres!” Ethile menjawab semringah. “Semuanya sudah diurus.”

    Semoga saja, batin saya sebelum lanjut ngetik di atas meja lipat kereta.

    Baca juga : Rasisme dan Teriakan “Allahu Akbar” di Stasiun

    Perjalanan tiga jam kami tempuh dengan lancar tanpa informasi salah kereta untuk yang ketiga kalinya. Saya berkali-kali menanamkan diri untuk berprasangka baik, tak terkecuali terkait kejutan-kejutan yang disiapkan-Nya. Kereta kami berhenti di stasiun Obertraun yang ‘berdampingan’ dengan padang rumput dan pegunungan bersalju tipis.

    Satu jam lagi menunggu.

    Saya tak ingin puyeng lagi. Saya putuskan untuk melanjutkan ketikan.

    Tepat pukul 9 malam waktu setempat, akhirnya kami tiba di Villach. Silence Apartment. Sesuai namanya, Diana, resepsionis merangkap pemiliknya, menyambut kami dengan telunjuk yang disalipkan di bibir ketika saya dan Ethile berbincang — yang menurut pendengarannya – terdengar cukup keras. “Respect my guests, please,” pinta perempuan paroh baya itu dengan suara berbisik.

    Malam itu, bakda menunaikan isya, saya langsung melempar diri ke kasur setelah meminta Ethile menyalakan heater kamar. Saya sempat terjaga, entah pukul berapa, dan mendapati Ethile merokok di meja makan. Samar-samar saya mendapati TV menayangkan berita terbakarnya Gereja Katedral Notre Dame sebelum saya melanjutkan mimpi yang gagal saya sambungkan.

    Paginya, setelah sarapan dan minum teh rosella tanpa gula, saya berdecak kagum ketika Ethile membuka tirai jendela yang membelakangi kepala dipan. Dari kamar lantai tiga itu, pemandangan gunung bersalju tipis dan pemandangan Kota Villach yang didominasi warna hijau – kuning tua sebab pohon dan bunga-bunga mulai tumbuh di musim semi, memanjakan mata.

    Ah selingan yang indah untuk peristiwa-peristiwa yang mencemaskan selama perjalanan kemarin.

    Baca juga : Salah Kereta, Nyaris Membeku di Slezthal

    Tumben, pagi itu, tidak ada ‘kejutan’ apa pun yang Ethile ‘persembahkan’, atau … ini baru pemanasannya? Ah, saya menyenyumi prasangka sendiri.

    “Saya mau jalan, Et. Kamu ikut?”

    “Sudah ngetiknya, Benn?”

    “Sudah. Dapat banyak. 30 halaman. Saya terjaga pukul 4. Bakda subuh sampai pukul 8 pagi, saya ngetik. Tentu saja setelah membereskan puntung rokokmu yang berserakan di meja.”

    Ethile cengengesan seraya menggaruk kepalanya yang mendadak gatal.

    “Sekarang saya butuh refreshing.”

    “Refreshing itu selingan lho, Benn. Bukannya tulisanmu sudah selesai?”

    “Saya bukan butuh refreshing dari menulis, tapi … dari rasisme di Sletzhal kemarin. Saya masih syok, sejujurnya. Saya harus menguatkan diri. Saya gak mau parno.”

    Ethile tertawa. “Love your way, Benn!” Lalu ia bertepuk tangan dua kali. “Kamu cepat move on, dan berusaha menyugesti diri bahwa tak semua nonmuslim di sini rasis.”

    Saya tersenyum kecil. Semoga memang begitu.

    “Jadi kamu mau ikut saya menikmati desa ini?”

    “Tunggu saya di bawah, Benn. Satu batang rokok, please!”

    Hadeuh. Saya bergegas turun. “Satu batang saja, ingat!” teriak saya begitu menuruni tangga.

    Baca juga : Traunkirchen, Lalu Kangen

    Di bawah, Diana menyambut saya dengan senyum dan kata-kata, “Be quite, please! Beberapa tamu saya masih tidur.”

    [Tulisan ini bersumber dari sini]

    [Penulis adalah Founder BennyInstitute. Tinggal di Lubuklinggau, Sumatera Selatan]

    SeluangID

    SeluangID

    Related Posts

    Catatan dari Lokasi Banjir di Pamanukan

    by SeluangID
    11 Februari 2021
    0

    Banjir di Pamanukan. Foto: Bayu Gawtama / Sekolah Relawan Penulis : Bayu Gawtama Ini memang harus dituliskan agar masyarakat...

    Chanee Kalaweit dan Kisah Pelestarian Satwa Liar

    by SeluangID
    22 Januari 2021
    0

    Chanee Kalaweit mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian Owa. Sumber Foto : greeners.co Penulis : Linda Christanty Andaikata saya kembali ke...

    Kado 2021 Jokowi untuk Masyarakat Adat

    by SeluangID
    9 Januari 2021
    0

    Acara penyerahan SK Pengelolaan Hutan Adat, Perhutanan Sosial dan TORA di Istana Negara, Kamis, 7 Januari 2021. Foto: BPMI...

    Next Post
    Gunung Anak Krakatau yang samar-samar menyerupai piramida di tengah laut. Sumber foto: Dokumentasi pribadi

    Cerita Kecil dari Halaman Depan Krakatau

    Perempuan Menuntut Pemerintah untuk Menghentikan Eksploitasi Sumber Daya Alam oleh Korporasi. Sumber foto: Solidaritas Perempuan

    Lindungi Hak dan Kearifan Perempuan Atas Sumber Daya Alam

    Aksi sejumlah pekerja media di May Day, Rabu 1 Mei 2019. Foto: AJI Jakarta

    Turbulensi Industri Media di Era Digital

    Discussion about this post

    Story Populer

    • Naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikoleksi wartawan B.M Diah. Sumber foto: Wikipedia

      Coretan-coretan Sukarno pada Teks Proklamasi itu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Proklamasi, Kenapa Pindah dari Ikada ke Pegangsaan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Telepon Nasution dan Sarwo Edhie Setelah Pranoto Dibebaskan

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Saya Tidak Panik. Saya Mengisolasi 14 Hari

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • “Kami tak Ingin Lingkungan Ini Rusak,” kata Yanto

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Seni dan Virtual, Antara Eksperimen dan Eksplorasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Ajip Rosidi: Membaca dan Menulis Tanpa Akhir

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    # # #
    SeluangID

    Kami ingin menyajikan berita melalui cerita. Mimpi sederhana kami: mengisahkan kebenaran - walau itu kecil - ke banyak orang. Karena Dunia Butuh Cerita.

    • Amatan & Opini
    • Art
    • Catatan Redaksi
    • Kota Hujan
    • Landscape
    • Obituari
    • Our Story
    • Review

    Follow Us

    We’d like to hear from you!

    Hubungi Kami di : [email protected]

    Ikramina Residence Blok E No 1 RT 004/007 Desa Bojong, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat, 16310

    • About Seluang
    • Beranda
    • Pedoman Media Siber

    © 2021 Design by Seluang Institute

    • Landscape
    • Our Story
    • Art
    • Amatan & Opini
    No Result
    View All Result

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Create New Account!

    Fill the forms below to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In